Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMENTERIAN Pertanian berkali-kali menolak impor bawang merah. Menteri Pertanian Amran Sulaiman bahkan mengaku pernah dilobi importir besar. Meski begitu, ia akhirnya menerima hasil rapat koordinasi terbatas di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang memutuskan impor bawang dibuka. "Yang memainkan timing tetap Kementerian Pertanian," kata Amran kepada Agus Supriyanto dan Akbar Tri Kurniawan dari Tempo di Irish Room, Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Kamis pekan lalu. Di tengah wawancara, Amran beberapa kali menyampaikan penjelasan off the record.
Pemerintah akhirnya memutuskan impor bawang. Apakah ini antiklimaks?
Hal itu tidak jadi masalah asalkan kita kontrol. Saya bukan anti-impor. Tapi saya usul agar impor tidak mengganggu petani. Bawang impor tidak boleh keluar saat harga stabil di bawah Rp 25 ribu per kilogram di tingkat konsumen dan tidak boleh kurang Rp 15 ribu di tingkat petani. Jaga petani dan konsumen.
Jadi sekarang Anda setuju impor bawang merah?
Jangan langsung dibilang Menteri Pertanian setuju impor.
Kenapa impor dilakukan menjelang puncak panen raya bulan Juni-Agustus?
Tidak jadi masalah karena bawangnya disimpan di gudang. Kita juga bisa ekspor tahun ini. Tahun lalu ekspor naik 100 persen menjadi 8.000 ton lebih. Sedangkan impor turun dari 74 ribu ton menjadi 17 ribu ton. Ini sudah luar biasa, satu tahun lompat 100 persen. Yang saya heran, kalau produksi naik, data diragukan, sedangkan kalau turun dibenarkan.
Kebutuhan konsumsi nasional 1 juta. Apakah impor 2.500 ton cukup untuk menjaga pasokan?
Ini buat berjaga-jaga di Jabodetabek selama Ramadan.
Kabarnya importir kencang melobi agar impor dibuka?
Pada Januari-Februari, importir datang ke saya menawarkan bawang. Dia bilang, "Pak, kok Januari tidak impor." Saat itu mereka minta impor 50 ribu ton. Saya jawab tidak. Bayangkan kalau 50 ribu itu saya terima. Tapi orang tidak melihat peristiwa itu. Yang dilihat hanya peristiwa hari ini. Tekanannya luar biasa. Tapi saya tidak mau cerita soal itu.
Siapa importirnya?
Tidak etis disebut namanya. Pokoknya yang terbesar.
Benarkah ada pasokan pada Januari dan Februari?
November kita tanam bawang di lereng gunung. Kita buat percontohan di Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 2.500 hektare. Panennya jatuh pada musim hujan dan tidak hancur. Saya bawa importir tadi ke sana. Dia sebelumnya mengatakan akan membeli bawang Rp 50 ribu per kilogram. Begitu ke lapangan, dia beli hanya Rp 8.000 per kilo. Saya marah.
Kenapa surat rekomendasi impor produk hortikultura belum Anda teken?
Kami sudah sepakat. Tapi, kalau nanti mau dikeluarkan, kami mengadakan rapat lagi. Yang memainkan timing-nya tetap Kementerian Pertanian.
Kapan?
Kalau harga tetap tinggi, kami masuk. Kontrol ada di tangan pemerintah. Jadi tidak usah takut. Seandainya swasta yang mengendalikan, impor akan mengucur tidak peduli harga mahal atau murah.
Dengan rantai pasok yang panjang seperti sekarang, bukankah harga di pasar tersier tetap tinggi?
Karena itu, kita harus membangun struktur pasar baru. Harus dipotong rantai pasarnya dengan menghadirkan Bulog. Masuknya Bulog pasti mengubah struktur pasar dengan sendirinya. Jabodetabek hanya butuh 8.000 ton per bulan. Kalau kita pasok 3.000-4.000, masalah selesai. Sekarang Bulog sudah punya 1.000 ton. Target jangka panjang adalah memotong rantai pasok. Jangka pendeknya operasi pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo