Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kata Pengguna Layanan Starlink: Harga Lebih Irit, tapi Tak Cocok di Perkotaan, Kenapa?

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan layanan koneksi Starlink lebih dibutuhkan di daerah yang terisolir dan minim jaringan internet.

7 Mei 2024 | 19.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan layanan internet milik Elon Musk, Starlink, mulai menawarkan produknya ke masyarakat Indonesia, meski pemerintah belum mengumumkan peluncurannya secara resmi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Informasi seputar layanan Starlink di Indonesia dapat diakses melalui situs resmi mereka. Salah satu warga yang sudah mencoba layanan internet itu adalah Asep Indrayana, 32 tahun. Pemuda yang tinggal di Cigugur Girang, Bandung Barat ini sudah berlangganan Starlink sejak Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan telah memesan langsung lewat situs resmi Starlink. Ia sendiri memilih paket layanan internet standard unlimited seharga Rp 750 ribu per bulan. Harga itu belum termasuk biaya perangkat keras sebesar Rp 7,8 juta dan biaya penanganan sebesar Rp 345 ribu.

Dengan paket tersebut, Indra menilai jauh lebih irit sekitar 50 persen jika dibandingkan dengan modem GSM. “Sebelumnya pakai modem GSM yang bisa habis Rp 1,4 - 1,6 juta per bulan untuk pembelian kuota internet,” kata dia lewat pesan WhatsApp pada Senin, 6 Mei 2024.

Sebelumnya, Indra juga sempat menggunakan jasa Indihome. Namun, jaringannya tetap tidak bisa masuk karena lokasi rumahnya yang berada di dekat lembah dan berjarak sekitar 200 - 250 meter dari posisi jaringan.

Namun pemuda yang sehari-hari bekerja di bidang IT itu mengatakan Starlink tak cocok digunakan masyarakat perkotaan. Karena harga paket internet yang ditawarkan kemahalan dibandingkan dengan layanan internet yang menggunakan fiber optik.

Adapun ia, meski rumahnya tak berada di daerah terpencil, tapi ia merasa terbantu dengan adanya Starlink. “Posisi (rumah) saya enggak pelosok banget kok, masih dekat Kota Bandung. Dekat jalan utama juga, cuma posisi rumah itu area pribadi dekat lembah,” ucapnya.

Selanjutnya: Pemasangan kabel listrik dan tiang perlu modal lebih

Indra tak menyangkal jika di daerah rumahnya terdapat BTS ataupun penawaran dengan kabel fiber optik. Namun, ia menilai pemasangan kabel listrik dan tiang perlu memerlukan modal yang lebih, apalagi saat menimbang lokasi rumahnya. 

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan informatika (Kominfo), Usman Kansong, mengatakan layanan koneksi Starlink lebih dibutuhkan di daerah yang terisolir dan minim jaringan internet.

"Starlink tak mungkin masuk di Jakarta, karena layanan di sini sudah baik. Makanya ada tepatnya nanti yang akan kita tata untuk pengelolaannya," kata dia di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat pada Jumat, 3 Mei 2024.

Selama ini, Kemenkominfo memiliki program seperti BTS 4G BAKTI dan Satria-1 untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, Usman mengungkap program itu belum mengatasi seluruh permasalahan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus