Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ke jakarta bersaing warna

Fuji film tetap memimpin penjualan film rol di indonesia. berkat keberhasilan pemasaran pt modern photo film, menempatkan indonesia sebagai pasar kelima terbesar di luar jepang. (eb)

13 Oktober 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG memperebutkan pasar film di Indonesia, hingga kini, masih dimenangkan Fuji. Penjaja slogan "seindah warna aslinya" itu berhasil menguasai separuh dari seuruh penjualan film rol di sini yang setiap bulan diperkirakan mencapai 1,2 - 1,5 juta. Prestasi itu, tentu saja, membesarkan hati Minoru Onishi, presiden direktur Fuji Photo Film Co., Jepang, yang datang ke Jakarta September lalu. Onishi memuji keberhasilan pemasaran PT Modern Photo Film, agennya di sini, hingga bisa meqaikkan pamor Indonesia sebagai pasar kelima terbesar di luar Jepang, setelah AS, Jerman Barat, Inggris, dan Prancis. Negeri tropis yang memiliki aneka warna pepohonan ini, ternyata mampu memberi sumbangan berarti daiam menaikkan penjualan film merk itu, yang sampai bulan lalu mencapai 545 milyar yen. Toh secara rendah hati Onishi menyebut bahwa besarnya anka penjualan untuk pasaran dunia itu masih berada di belakang Eastman Kodak, AS. Kenapa Fuji berhasil? "Dia hebat dalam mengiklankan diri," ujar Nugroho Siddiadinata, direktur utama PT Inter Delta, agen Kodak di sini. "Lihat saja iklannya sudah masuk ke mana-mana". Warna hijau dan merah dari merk itu kini memang hampir selalu bisa dijumpai di pojok-pojok jalan kota kecil sekalipun. Tapi tentu bukan dengan iklan saja jika merk itu bisa menguasai pasar. Soal kecepatan pelayanan rupanya juga menentukan. "Sekarang kami dapat melayani cuci dan cetak film warna hanya dalam waktu setengah jam," ujar Samadikun Hartono, presiden direktur Modern Photo. Tawaran cepat pelayanan itu, tampaknya, sengaia dilontarkan untuk menggoda konsumen saingannya. Dalam hal ini, tentu Kodak, yang sebelumnya menonjolkan kecepatan mencuci dan mencetak film warna hanya dalam tempo satu jam - dalam papan iklan warna kuning dan hitam secara mencolok. Konsumen terbesar untuk film merk ini adalah kaum profesional, juga studio-studio foto, yang jumlahnya terbatas. Secara terbuka Nugroho mengakui, kecil kemungkinan pelbagai usahanya itu akan bisa melampaui Fuji. "Untuk jadi nomor dua, mungkin, di atas itu tidak," katanya kepada Praginanto dari TEMPO. Tapi PT First Nirwana Photo, tentu, tak akan membiarkan tempatnya di urutan kedua selama ini diambil alih Inter Delta. Agen Sakura untuk Indonesia itu justru sedang berharap, pada tahun 1984-1985 ini, bisa meningkatkan penjualan film rolnya dari 30%-32% jadi 35%. Hanya dalam pemakaian kertas untuk foto, pihak Sakura mengaku bisa menguasai pasar sampai 40% dari seluruh konsumsi. Tentu saja, baik Kodak maupun Fuji tak mau kalah dalam menonjolkan kelebihan produk mereka. Modern Foto, misalnya, mencoba memujikan film warna Fuji dengan ASA 400, sebagai film terbaik di dunia, karena ketajamannya dalam merekam gambar di dalam cahaya minimal. Namun, berbeda dengan ketika Siaran Niaga di TVRI masih dibuka, cara-cara kampanye yang mereka lakukan kini tampaknya tidak akan ingar-bingar lagi. Hanya tempat-tempat umum, dan jalan-jalan strategis saja, yang kini secara mencolok dipenuhi baliho iklan mereka. Toh mereka tetap tampak tak ingin sedikit berhemat dalam menyisihkan biaya untuk kampanye. Januari lalu, Sakura, misalnya, melakukan kampanye dengan memberi hadiah, seperti kamera dan light meter, untuk setiap pembeli film. Hal serupa diulanginya belum lama inl kendati, semua itu dibatasi oleh anggaran, yang paling banter hanya meliputi 10%-15% dari perputaran dananya. Tak jelas benar apakah karena merasa dipanasi, Fuji bulan ini menyusul melancarkan kampanye besar dengan menawarkan hadiah mobil dan motor untuk setiap pembelian film. Yang pasti, perusahaan yang dipimpin Minoru Onishi itu memang menerobos ke mana-mana. Termasuk ke pesta Olimpiade Los Angeles, Agustus lalu, ketika Fuji berhasil menjadi film resmi yang dipergunakan dalam pesta olah raga itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus