Akhirnya diputuskan bahwa Palapa IV akan diluncurkan oleh roket Delta buatan AS. Mengapa Long March dan Ariane kalah? SETELAH berbagai sas-sus tentang roket mana yang akan meluncurkan Palapa IV, pilihan kembali kepada Delta. Untuk pelun-curan satelit telekomunikasi itu, Pemerintah sepenuhnya memakai pertimbangan ekonomis. Keputusan Pemerintah itu dikemukakan oleh Menko Ekuin Radius Prawiro, Senin pekan lalu. Dari keputusan itu diketahui, McDonnell Douglas Corp. (MDC) akan mengorbitkan Palapa IV dengan roket Delta antara April dan Oktober 1992, dengan kontrak biaya sebesar US$ 44 juta. Satelit tersebut dibeli Perumtel dari perusahaan Hughes Aircraft Co. Maret 1990. Agustus itu, begitu Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan RRC, Great Wall Industry Co. (GWIC) menaruh minat juga untuk peluncuran Palapa IV. GWIC konon menawarkan tarif angkut yang sangat miring, hanya US$ 30 juta-35 juta. Begitu mendengar tarif tadi, pihak McDonnell kembali menghitung. Sementara itu, pihak GWIC dan tim Menko Ekuin bolak-balik berunding di Jakarta dan Beijing. Tiba-tiba, Maret 1991, pihak McDonnell menawarkan harga lebih murah, -- semula US$ 47,8 juta. Menurut Dirut Perumtel Cacuk Sudarijanto, Maret 1991, McDonnell sampai tiga kali mengajukan tawaran. Tanggal 1 Maret tarif diturunkan jadi US$ 46 juta, tanggal 7 menjadi US$ 45 juta. Tanggal 21 Maret mereka mengajukan tawaran final terendah, US$ 44 juta. Sebaliknya, RRC justru menaikkan tarifnya menjadi US$ 36 juta. Tapi, jika Pemerintah menerima tawaran peluncuran dengan roket Long March itu, Indonesia harus menambah biaya US$ 4,885 juta kepada Hughes Co. serta optional services sebesar US$ 1,5 juta. Untuk menutup ongkos kirim serta pengamanan satelit, agar teknologinya tidak "dicuri" RRC. Begitupun tarif RRC masih lebih murah, yakni sebesar US$ 42,385 juta. Tapi, kalau sampai memakai Long March, Perumtel tentu akan menghadapi berbagai kerepotan administrasi. Selain itu, pihak GWIC tidak bisa menjamin peluncuran bisa dilaksanakan tahun 1992. Belum lagi peluncuran dengan roket Long March dari RRC Utara yang jauh dari target garis orbit satelit akan menyebabkan umur satelit di orbitnya tak akan lebih dari sembilan tahun. Peluncuran dengan roket Delta dari Florida, AS, yang lebih dekat ke garis khatulistiwa, memungkinkan umur satelit menjadi 11 tahun. Sementara itu, ada tawaran menarik dari Arianespace. Jika diluncurkan dengan roket Ariane dari Pulau Guyana Prancis (di Lautan Teduh), umur satelit Palapa bisa 11,5 tahun. Perusahaan konsorsium dari Eropa itu mula-mula menawarkan peluncuran dengan tarif US$ 44,8 juta. Kemudian turun menjadi US$ 44,2 juta sampai US$ 41,8 juta. Namun, jika memilih Ariane Perumtel masih harus menambah biaya pengiriman ke Guyana sebesar US$ 2,37 juta sehingga biaya menjadi US$ 44,17 juta. Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan ialah segi pembiayaan. Pihak McDonnell berhasil merayu Export Import Bank AS untuk menanggung biaya peluncuran sebesar 85%. "Bunganya 9% per tahun, masa cicilan delapan tahun setelah dua tahun masa bebas cicilan," tutur Cacuk kepada Siti Nurbaiti dari TEMPO. Sedangkan, 15% biaya peluncuran yang mestinya ditanggung Perumtel bisa dicarikan dananya oleh McDonnell dari sejumlah bank komersial dengan bunga sekitar 2% lebih tinggi. GWIC menawarkan 75% pendanaan lewat perdagangan imbal beli (counter purchase) dan 25% dengan uang kontan. Sedangkan Ariane menawarkan pendanaan 100% berupa kredit dari Bruxelles Lambert Bank dan Paribas Bank, Prancis. Satelit Palapa IV, kata Cacuk, dibeli seharga US$ 53,950 juta. Untuk asuransinya, yang ditanggung PT Asuransi Jasa Indonesia dan perusahaan reasuransi Lloyds di London, Perumtel membayar sekitar US$ 16 juta. Setelah semua angka tadi dimasukkan Perumtel dalam komputer, ternyata investasi Palapa IV akan paling menguntungkan jika diluncurkan dengan roket Delta. Hitungan Cacuk begini. "Delta menghasilkan net present value (NPV) US$ 15,661 juta, dan angka internal rate of return (IRR) 12,32%. Ariane memberikan NPV US$ 13,674 juta dengan IRR 11,92%, sedangkan Long March menghasilkan NPV US$ 2,511 juta dengan IRR hanya 10,20%. Delta, yang akan memberikan IRR paling tinggi, tentu paling menguntungkan. Itu kalau peluncurannya nanti tidak melenceng. Max Wangkar dan Ida Farida (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini