Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Perencanaan dan Penanaman Modal Kementerian Investasi Nurul Ichwan menuturkan permintaan produk berkelanjutan menarik investasi baru ke sektor energi baru terbarukan (EBT) kian meningkat dalam skala internasional dan nasional. “Sehingga pertambangan dan industri hilir dijadikan salah satu sektor yang menggunakan energi baru terbarukan,” katanya dalam acara 2nd Conference Road to PLN Investment Days 2024 pada Selasa, 4 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan survei Nielsen, kata Ichwan, dari segi pasar permintaan tinggi untuk perusahaan yang berkelanjutan dari lintas gender dan generasi, khususnya di Indonesia. Masyarakat lebih memilih produk yang relatif lebih mahal selama itu bisa menjamin keberlangsungan dari produk-produk yang dibeli. “Indonesia termasuk negara di mana konsumennya menginginkan adanya perusahaan yang berkelanjutan dengan persentase 94 persen,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ichwan mengatakan, progres investasi hijau di Indonesia dinilai cukup baik di ASEAN, walaupun belum optimal. Peluang investasi berkelanjutan jauh melampaui sektor energi dan mineral penting yang mencakup aktivitas mencapai tujuan ekonomi dalam artian kesejahteraan dengan menghormati batasan ekologis.
Regulasi yang jelas sangat berpengaruh dalam menarik investasi ke sektor energi terbarukan. Pemerintah terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif guna mencapai target net-zero emission,” katanya.
Dalam skala internasional, ada kelompok yang menamakan The Climate Pledge seperti Amazon, Uber, Unilever, dan lainnya. Ada pula 471 perusahaan multinasional dari 41 negara telah berkomitmen mencapai net-zero carbon pada 2040. Kemudian ada 428 perusahaan top global menargetkan pengurangan emisi karbon.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Namun, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau Kementerian ESDM, bauran EBT masih di 15 persen per Juli 2023.
Padahal, potensi EBT di Indonesia mencapai 3.686 GW. Rinciannya, energi surya sebesar 3.295 GW, hidrogen 95 GW, bioenergi 57 GW, bayu 155 GW, panas bumi 24 GW, dan laut 60 GW.
Pilihan Editor: Perusahaan HTI PT Mayawana Persada Diduga Sebabkan Deforestasi Besar di Ketapang, Kalimantan Barat