Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pri ? Non Pri ?

Setelah meledaknya sengketa innismo vs marubeni nissan. masalah pengusaha mobil pribumi dan non pribumi diperdebatkan. perbandingan non pri dan pri dalam bisnis ini seimbang.

27 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASALAH pribumi dan non pribumi kembali diperdebatkan dengan meledaknya sengketa Innismo vs. Marubeni-Nissan. Pihak Jepang yang ingin menggusur kepemimpinan Affan bersaudara di PT Innismo, menimbulkan kesan ingin menggeser posisi sekelompok pengusaha pribumi. Benarkah? Beberapa suara di DPR, ketika dengar pendapat Gaakindo dengan Komisi VI baru-baru ini, ada juga menyinggung soal itu. Sutanto dari F-PP misalnya menghubungkan kasus Affan-Marubeni itu dengan kasus Aseyma Motors, yang dulunya menjadi agen tunggal Suzuki. Menurut Sutanto, Jepang yang merasa tak puas dengan CV Aseyma yang pribumi itu berhasil mencabut keagenan itu. Lalu memindahkannya kepada kelompok Indo Mobil yang non-pribumi. Kejadian yang dikemukakan Sutanto, kalau pun benar terjadi, tak dengan sendirinya mewakili sikap pengusaha mobil Jepang dalam mencari partnernya di Indonesia. Almarhum A. Wahab Affan -- sebelum meninggal dunia di Negeri Belanda bulan Maret 1976 dalam usia 48 tahun --terkenal sebagai pengusaha pribumi yang lincah. Karena sikapnya yang pandai bergaul itu pula yang membuat Sudjono Humardham, kini Irjenbang, tertarik pada almarhum Wahab. Dan Mayjen Sudjono, yang sewaktu menjabat Aspri Presiden dikenal amat dekat dengan swasta Jepang, telah memperkenalkan Wahab kepada orang-orang Nissan. Maka Wahab Affan, yang mulanya menjadi penyalur tunggal mobil-mobil Nissan dalam bentuk CBU, kemudian meneruskan memimpin PT Innismo bersama empat saudaranya. Thaib Affan yang kabarnya tak selincah abangnya boleh dibilang tergolong pengusaha yang fanatik pribumi juga. Papan nama Innismo yang bertengger di pabrik perakitan Immer Motor di Surabaya, yang merakit mobil-mobil Nissan-Datsun, diberinya tulisan "Pribumi". Dan Thaib Affan bersaudara yang bersedia mundur dari manajemen PT Innismo, memberi persyaratan: agar yang menggantikan mereka adalah pribumi yang dianggap profesional. Ada yang menyebutkan sebanyak 50% saham Innismo, jika berhasil dioper dari tangan Thaib bersaudara, akan diberikan kepada pihak Pepabri. Soal pri dan nonpri ini bagi sementara pengamat agak berlebihan diperkirakan. Alasannya: dari 22 agen tunggal dan perakit mobil, sebanyak 16 perusahaan sebenarnya tercatat sebagai milik pribumi (lihat Tabel). Adakalanya perusahaan milik pribumi itu memang dipimpin oleh non-pribumi, karena dianggap cakap. Ini antara lain terdapat di PT Garuda Mataram milik Yayasan Kostrad. Dan Sofjan Wanandi, di masa aksi mahasiswa 1966 dikenal sebagai Liem Bian Koen, sejak beberapa tahun menjadi direktur utama di sana. Jebolan FE-UI itu menyatakan tak memiliki saham selembar pun di Garuda Mataram. Saat ini boleh dikatakan posisi antara yang pri dengan non-pribumi dalam bisnis permobilan adalah kurang lebih seimbang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus