DEVALUASI rupiah? Tidak. Bukan. Kepada pers pekan lalu di
Jakarta sesudah memberi sambutan kepada Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI), Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro memberi
jaminan. Sebab, katanya, cadangan devisa Indonesia cukup
memadai, "berkisar antara lima sampai enam milyar dollar AS."
Itu pun merupakan devisa yang tersimpan dan tercatat di Bank
Indonesia. Yang tersimpan di bank-bank di luar BI, yang tak
pernah diumumkan, menurut Widjojo "jumlahnya cukup besar."
Banyak memang yang memperhatikan situasi cadangan devisa
Indonesia akhir-akhir ini. Dari sinilah bisa diramalkan tindakan
ekonomi yang mungkin akan diambil pemerintah. Sementara itu
sudah diketahui, cadangan devisa Indonesia terus menurun. Maklum
ekspor merosot, sedangkan keran impor ternyata masih belum bisa
ditekan.
Demikianlah laporan BI 15 Juli 1982 mencatat bahwa cadangan
devisa yang disimpannva pada minggu keempat Juni tercatat hanya
US$ 4,9 milyar. Jadi sudah merosot dari US$ 6,2 milyar pada
akhir Maret sebelumnya, dan US$ 7 milyar dari Maret tahun lalu.
Dalam tahun anggaran 1981/1982 yang berakhir Maret kemarin,
defisit neraca berjalan US$ 3,5 milyar. Untungnya sebagian
tertutup oleh pemasukan modal sebesar US$ 2,9 milyar, sehingga
cukup sekitar US$ 0,6 milyar harus ditutup pemerintah dari
cadangannya.
Sejalan dengan menurunnya cadangan devisa ini, nilai rupiah
terhadap dollar AS juga turun pada akhir 1981. Selama Desember
1981 saja kurs dollar naik, dari Rp 634 jadi 644. Spekulasi
adanya devaluasi menghangat, dan pasaran valuta asing sempat
dibikin panik. Kurs dollar AS bahkan sempat melonjak sampai Rp
662. BI terpaksa turun tangan ke pasar dengan melepas dollarnya,
untuk meredakan fluktuasi kurs -- hingga kurs dollar AS
pelan-pelan bergerak turun menjadi sekitar Rp 650. Desas-desus
devaluasi diharapkan mereda, apalagi setelah penegasan Widjojo.
Di depan HIPMI Widjojo juga mengemukakan sesuatu yang lain:
sistem kurs mengambang terkendali yang berlaku sejak Kenop '78
tetap akan diteruskan. "Devaluasi yang melonjak-lonjak tak akan
terjadi lagi," katanya.
Namun demikian, banyak yang menduga kurs rupiah yang tetap
terhadap dollar AS nampaknya sulit dipertahankan bila cadangan
devisa terus merosot sedang keperluan impor masih terus
meningkat. Dalam enam bulan ini saja, rupiah sudah turun
nilainya 2,8% terhadap dollar AS.
Tak ayal kalangan bisnis pada umumnya meramalkan bahwa kurs
dollar AS akan mencapai Rp 750-800 tahun depan. Ini, didasakan
pada perhitungan bahwa ekspor Indonesia baik minyak maupun bukan
minyak akan tetap lemah sampai akhir tahun. Tanda berakhirnya
resesi ekonomi dunia sampai sekarang pun belum kelihatan.
Sekalipun demikian, orang merasa yakin juga, pemerintah, seperti
dikatakan Widjojo, tak akan melakukan deva-luasi drastis seperti
Kenop '78. Apalagi sampai kini masih banyak perdebatan tentang
hasil kebiaksanaan moneter itu. Kendati ekspor Indonesia
melonjak sesudah Kenop '78, menurut para pengkritik, itu
sebagian karena nasib baik: sesudah tindakan moneter itu terjadi
kenaikan harga minyak, dan beberapa komoditi di pasar
internasional. Hingga dari segi dollarnya, Indonesia untung
besar pada 1979, dan 1980. Dengan demikian dari segi pertambahan
volume ekspor secara fisik, Kenop '78 dinilai "kurang" berhasil.
Volume ekspor sebagian besar komoditi mem?ng naik sesudah Kenop
'78, tapi dua tahun kemudian mandek. Ini terjadi pada karet,
minyak sawit, udang, rotan, lada, dan pupuk. Volume ekspor kayu
gelondongan (log) malah tak naik sama sekali.
Jadi tindakan moneter yang sama seperti 4 tahun yang lalu jelas
tak akan terulang. Apalagi devaluasi di tengah-tengah resesi
secara luas dianggap mengundang risiko yang lebih besar. Dalam
resesi, permintaan terhadap ekspor Indonesia tidak elastis
permintaan tak dengan sendirinya bertambah sekalipun harga lebih
murah dalam uang asing. Sementara itu lonjakan inflasi akibat
devaluasi, serta rusaknya kepercayaan terhadap dunia bisnis
terhadap pemerintah justru akan lebih banyak merugikan.
Jadi harap tenang: devaluasi a la Kenop '78 tak akan terjadi.
Bahwa nilai rupiah turun terhadap dollar AS -- itu sih sulit
dielakkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini