Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ketahanan Pangan Lemah, 45 Juta Penduduk Indonesia Rentan Kelaparan

Menurunnya produktivitas pangan dalam negeri membuat ketahanan pangan lemah. 45 juta penduduk Indonesia rentan kelaparan.

15 Agustus 2024 | 06.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang petani, Mustari (61) memeriksa tanaman padi di lahan persawahan miliknya setelah terendam banjir lebih dari sepuluh hari di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat 23 Februari 2024. Menurut data yang dihimpun Posko Terpadu Penanganan Darurat Bencana Banjir Demak per Jumat 23 Februari pukul 12:00 WIB, banjir menggenangi 3.427 hektare lahan persawahan dan mengakibatkan 1.975 hektare tanaman padi puso atau gagal panen. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Restuardy Daud, menyebut Indonesia ketinggalan dibanding negara tetangga Singapura dalam hal ketahanan pangan. Hal ini disampaikannya dalam agenda Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Jawa yang disiarkan langsung melalui YouTube Bank Indonesia (BI) pada Rabu, 14 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun Singapura tak memiliki lahan pertanian seluas Indonesia, namun kata Restuardy ketahanan pangannya lebih unggul. "Singapura tidak punya lahan yang cukup sama seperti kita, (Singapura) negara pengimpor, tetapi memiliki ketahanan pangan yang berada di atas kita," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Restuardy mengungkapkan, sebanyak 7 hingga 16 persen masyarakat Indonesia masih rentan terhadap kelaparan. Kondisi ini, kata dia sejalan dengan menurunnya produktivitas padi dalam negeri.

Bila merujuk pada jumlah penduduk yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah masyarakat Indonesia mencapai 281.603.800 jiwa per Juni 2024. Artinya, diperkirakan sebanyak 19,71 juta hingga 45,05 juta jiwa masyarakat RI yang rentan terhadap risiko kelaparan.

Dia juga membandingkan kondisi Indonesia dengan Thailand, yang merupakan negara pengekspor pangan. Namun, menurut Restuardy ketahanan pangan Indonesia mengungguli Thailand. "Kita masih lebih sedikit baik dari Thailand untuk ketahanan pangan".

Restuardy menuturkan, status sebagai eksportir maupun importir bukanlah menjadi ukuran ketahanan pangan. Namun, poin yang jauh lebih penting adalah bagaimana ketangguhan dan kehandalan perdagangan pangan. Hal ini, kata dia didukung dengan teknologi, logistik yang baik, serta tata kelola yang baik.

"Misalnya kita punya milling rice yang bisa meningkatkan efisiensi, mempercepat kualitas produksi gabah menjadi premium misalnya. Ini juga menjadi bagian-bagian yang bisa kita lakukan. Ini juga bisa menentukan langkah-langkah untuk ketahanan pangan kita ke depan," kata Restuardy.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus