Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan negara-negara ASEAN bisa mulai memberlakukan cross border payment yang memudahkan transaksi antar negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transaksi tanpa harus menukarkan mata uang ini, menurut Arsjad Rasjid semakin dimungkinkan setelah di masa pandemi kita terbiasa menggunakan pembayaran digital. Terlebih model bisnis dan transaksi banyak berubah akibat dampak pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Cross border payment ini bagaimana kita melakukan pembayaran menggunakan rupiah atau mereka, misalnya, menggunakan baht. kita bisa menggunakan mata uang kita sendiri,” kata Arsjad Rasjid saat menghadiri acara “Talkshow Y20: Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni” di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Juli 2022.
Cross border payments adalah transaksi keuangan yang memungkinkan pembayar dan penerima berada di negara yang berbeda. Sistem ini juga memudahkan turis untuk bertransaksi karena tidak perlu lagi menukar uang fisik ke mata uang lokal atau dolar Amerika Serikat.
Ia menjelaskan Cross Border Payment ini akan banyak bertumpu pada transaksi digital. Bank Indonesia, kata dia bisa menjadi pemimpin dalam memulai implementasi cross border payment.
Apalagi menurut Arsjad, Gubernur Bank Indonesia sudah mewacanakan digital rupiah atau digital money. Digital rupiah atau digital money, kata dia, bisa saja diterima sebagai di ASEAN dalam sistem cross border payment.
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan Bank Indonesia bersama Bank Thailand, Bank Negara Malaysia, Otoritas Moneter Singapura, dan Bank Sentral Filipina.
Lima bank sentral tersebut tengah mengupayakan kerja sama untuk merealisasikan cross border payments dengan QRIS, open API (application payment interface) dan Fast Payment yang disesuaikan dengan local currency settlement (LCS). Ia mengharapkan perjanjian kerja sama akan diteken dalam leaders meeting G20 pada November mendatang.
ASEAN Five atau lima negara utama ASEAN ini akan menjadi yang pertama dalam menerapkan payment connectivity. "Nanti bisa melalui QRIS, open API, atau Fast Payment dan semuanya akan dilandasi LCS,” kata Filianingsih dalam konferensi virtual Kamis, 7 Juli 2022.
Ia mengatakan lima negara ASEAN ini sudah memiliki infrastruktur transaksi digital, seperti QR payment dan Fast Payment. Karena itu, katanya, negara-negara tersebut tinggal merealisasikan cross border payments.
Filianingsih melanjutkan QRIS sudah bisa digunakan di Thailand dan Malaysia. Secara bertahap sistem pembayaran melalui kerja sama itu akan diterapkan di seluruh negara ASEAN dan bahkan negara di luar kawasan.