Kocek pemerintah kempis, duit Pertamina disedot. Begitulah suratan nasib perusahaan minyak negara itu. Kendati rajin menyetor sebagian keuntungannya, lantaran kondisi ekonomi negara sedang morat-marit, setoran itu harus bertambah. Tahun depan porsi keuntungan Pertamina yang harus diserahkan menjadi 25 persen, meningkat dari setoran tahun ini yang cuma 10 persen.
Jumlah itu pun di luar jatah 60 persen dari laba operasional yang mesti diserahkan sebagai penerimaan minyak dan gas. Semua itu diputuskan dalam pembicaraan pemerintah bersama para wakil rakyat di Senayan mengenai RAPBN 2001. Untungnya, tahun-tahun belakangan ini penghasilan Pertamina dari ber-jualan minyak dan gas mengalami peningkatan. Tahun 1998 laba operasionalnya baru mencapai Rp 1,7 triliun, tapi tahun 1999 sudah menjadi Rp 3,0 triliun. Bahkan tahun 2000 keuntungan itu membengkak menjadi Rp 12,3 triliun dan tahun 2001 ini diperkirakan bertahan sekitar Rp 12 triliun.
Sayangnya, selama lima tahun terakhir Pertamina tak pernah melakukan investasi baru. Itu sebabnya Direktur Utama Pertamina, Baihaki Hakim, menyebut setoran keuntungan 25 persen tersebut sebagai "jumlah optimal". Soalnya, ia ingin sisa keuntungan yang lain digunakan untuk mengembangkan bisnis. Tanpa investasi baru, Baihaki khawatir, tahun-tahun mendatang Pertamina akan kembali membebani pemerintah lantaran tak punya bisnis baru yang menguntungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini