Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kijang Melirik Rimba Global

Toyota akan meluncurkan Kijang model baru. Meninggalkan konsep lokal.

10 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR "panas" itu berembus dari kawasan Sunter, Jakarta Utara, tempat mukim "raksasa" otomotif Indonesia, PT Astra International Tbk. Proyeknya disebut innovative multipurpose vehicle (IMV). Di sana, bersama para ahli rancang bangun Toyota Motor Company (TMC), digodok model terbaru Toyota Kijang, yang diproduksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Di perusahaan ini TMC menguasai 95 persen saham, sisanya milik Astra.

Model Kijang "kapsul"—nama Kijang generasi keempat yang dirilis pada 1997—akan hilang dari pasaran. Kendaraan baru ini mirip-mirip Toyota Wish, yang banyak diimpor ke sini. Tapi, bukan itu kabar panasnya. Merek Kijang, yang telah dapat dibangun dan sukses secara komersial di pasar Indonesia, akan raib seketika. Nanti namanya cukup Toyota Innova.

Pertimbangannya, tren bisnis otomotif yang kian mengglobal membuat TMC memerlukan produk yang mampu menembus pasar internasional. Karena itu, TMC memposisikan Innova sebagai produk global. Innova akan diekspor ke lebih banyak negara dalam kondisi utuh atau completely built-up (CBU). Selama ini Kijang memang sudah diekspor, tapi dalam bentuk terurai atau completely knocked-down (CKD).

Sumber TEMPO di PT Toyota Astra Motor yang mengurusi penjualan Toyota membenarkan bahwa Innova akan diperkenalkan ke publik pada September nanti. Sumber itu mengatakan, Innova memang mengambil model Toyota Wish. Bentuknya makin aerodinamis, seperti Honda Stream. "Akan makin cantik dengan selera global," kata sumber itu. Tapi, benarkah merek Kijang akan dihentikan?

Presiden Direktur PT Astra International Tbk., Budi Setiadharma, malah menegaskan proyek terbaru itu tidak diembel-embeli Innova. "Namanya Kijang saja," ujar Budi kepada TEMPO. Meski begitu, bukan berarti nasib merek Kijang akan aman-aman saja. Menurut Budi, yang lebih penting Indonesia dijadikan basis produksi Toyota Kijang terbaru itu. Sebab, dengan begitu, nilai tambahnya ada di Indonesia karena ada investasi baru, penambahan tenaga kerja, dan mesin.

Kabarnya, produksi Toyota Kijang terbaru akan dipusatkan di dua negara: Indonesia dan Thailand. Dari empat varian yang akan diluncurkan, tiga varian—single cabin pick-up, extra cabin pick-up, dan double cabin pick-up—dipusatkan di Thailand. Sedangkan satu varian lagi, minibus, diproduksi di Indonesia. Sebab, pasar otomotif Indonesia terbesar berada di ceruk minibus atau multipurpose vehicle (MPV). Target produksinya 150 ribu unit per tahun.

"Kami ingin merek Kijang tetap ada, tetapi saya tidak apriori," kata Budi. "Memang ada sebagian konsumen yang membeli produk lain karena masalah nama Kijang, tetapi pasar Kijang tetap terbesar," ia menambahkan. Sejak produksi perdana pada 9 Juni 1977, volume penjualan Kijang per Oktober 2003 mencapai 1 juta unit. Hingga kini Kijang masih mendominasi pasar minibus di Tanah Air. Tahun ini, misalnya, volume penjualan Kijang pada setiap bulan menembus 6.000 hingga 7.000 unit.

Keyakinan terhadap merek Kijang juga diakui Direktur Utama PT Toyota Astra Motor (TAM), Johnny Darmawan. "Prinsipal maunya global, jadi nama dunia," ujarnya, "Tapi kami berhasil membuktikan merek Kijang lebih kuat dari Toyota. Tidak mudah menghilangkan brand image." Meski begitu, TMC selaku pemegang merek tetap menginginkan nama tambahan untuk memberi kesan global.

Lalu, ditambahkanlah "Innova"—dari kata innovate—itu. "Tapi di Indonesia tetap Kijang, karena namanya sangat kuat dan tidak boleh hilang," kata Johnny Darmawan. Kekuatan merek Kijang diakui oleh ahli merek, Simon Jonathan. Karena itu, ia sangat menyayangkan jika merek Kijang dihapus. Kalau merek itu dijual, misalnya, ia yakin nilainya sangat mahal.

"Memang harus diakui juga, merek Kijang besar karena ada Toyota di depannya," kata Simon, yang melahirkan merek Komix, Extrajoss, dan Irex. Cuma, Simon mengakui, tren bisnis yang kian global cenderung mendorong produsen berpaling dari "judul" lokal. Selama ini rebranding—pemerekan ulang—dilakukan atas pertimbangan global dan merger ketimbang lokal.

"Secara bisnis tidak ada ruginya, justru memperkuat," ujar Simon. Tentu diperlukan kiat komunikasi mencapai konsumen sasaran. Noriko Gamman, analis dari BNI Sekuritas, menilai inovasi yang dilakukan Astra-TMC melahirkan model terbaru Kijang merupakan langkah positif. Astra, menurut dia, memang memerlukan ekspansi produk otomotifnya sehingga bisa diterima di banyak negara. "Nilai perusahaan Astra semakin tinggi karena tidak lagi hanya jago kandang, meski bukan produsen," katanya.

M. Syakur Usman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus