Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang tukang parkir yang mengatur kendaraan di depan Perpustakaan Pamekasan Madura menjadi usahawan dan berpenghasilan jutaan rupiah per bulannya. Hidupnya berubah sejak Irmanto Wahid, 35 tahun, si tukang parkir itu tertarik membaca buku di perpustakaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya lima tahun jadi tukang parkir, satu bulan hanya dapat Rp 300 ribu. Hobi saya memelihara ayam bangkok," kata Wahid, saat dijumpai dalam pameran usaha kecil menengah di Ambarrukmo Plaza, Yogyakarta, Jumat, 6 Juli 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain sering membaca buku, Irmanto juga ikut pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh perpustakaan itu. Ia yang tadinya hanya hobi memelihara sepasang ayam bangkok itu mengembangkan kesukaanya dengan banyak membaca tentang usaha ayam.
Ia membaca buku di perpustakaan, baik buku secara fisik maupun digital di Internet, dan secara perlahan kini ia sudah memiliki 1.000 ekor ayam bangkok.
“Saya waktu itu tidak bisa membuka Internet. Tidak tahu apa itu literasi. Dengan ikut pelatihan Perpuseru (Perpustakaan Seru) jadi bisa pengusaha. Karena tahu seluk beluk usaha peternakan ayam bangkok dengan membaca buku dan literasi,” dia.
Begitu pula Kuat Darwanto, 43 tahun, lelaki penyandang disabilitas asal Wonosobo, Jawa Tengah. Ia yang tidak bisa apa-apa, setelah sering membaca buku dan belajar Internet serta pelatihan, kini ia ahli dalam memperbaiki alat elektronik. “Saya sering membaca buku di perpustakaan dan ikut pelatihan,” kata dia.
Setelah menjadi ahli memperbaiki alat elektronik, banyak yang datang membawa alat rusak. Seperti kulkas, televisi, magic jar dan lainnya. Penghasilannya, yang dulunya ia tergantung dari keluarga, kini justru ia menjadi tulang punggung.
Penghasilannya per hari mulai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Bukan uang yang sedikit yang dihasilkan dari atas kursi roda.
Cerita lain datang dari Elisabeth asal Nusa Tenggara Timur. Sebaik ibu rumah tangga ia suka menanam sayuran. Namun ia sering gagal. Ada dorongan untuk lebih maju dan memanen sayuran dengan lahan kecil di rumahnya. "Saya diberitahu ada perpustakaan yang membimbing menjadi pengusaha,” kata dia.
Di perpustakaan daerahnya ia sering membaca buku dan belajar dari Internet bagaimana membudidayakan sayuran dengan cara hidroponik. Khususnya untuk sayuran seledri.
"Saya ibu rumah tangga yang awalnya kerja serabutan per hari hanya dibayar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu. Sekarang penghasilan saya Rp 500 ribu per hari,” dia.
Para pengusaha itu muncul bukan dari modal finansial yang banyak. Namun justru berawal dari perpustakaan. Oleh Coca-cola Foundation dibuat program Perpustakaan Seru atau Perpuseru. Sudah ada hampir 900 perpustakaan yang bermitra dengan pengakses sekitar 14 juta orang.
“Perpuseru menginisiasi terjadinya perubahan, baik perubahan paradigma perpustakaan, peningkatan kapasitas, menstimulasi inovasi dan kreasi layanan perpustakaan dengan memberikan dampak perubahan kualitas hidup dan masyarakat sekitar perpustakaan,” kata Titie Sadarini, Chief Executive Coca-cola Faundation Indonesia.
Selama tujuh tahun Perpuseru, pihaknya telah melatih sebanyak 2.300 staf perpustakaan, sebanyak 300 orang fasilitator telah dilatih untuk pengembangan perpustakaan di kabupaten hingga tingkat desa. “Ada 75 trainer nasional siap memfasilitasi transformasi perpustakaan,” kata dia.
Menurut Didik Darmanto, Kepala Sub Direktorat Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, pemerintah mendorong transformasi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial ke dalam Rencana Kerja Pemerintah menjadi prioritas nasional,” kata dia.
Ia menyebut, perpustakaan memainkan peran penting dalam membentuk literate society. Saat ini literasi telah diadopsi sebagai salah satu indikator penting dalam pembangunan yang memiliki dampak sosial ekonomi.
Lapak Perpuseru dengan gelaran dagangan dan industri kreatif yang muncul dari perpustakaan digelar di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta selama dua hari. Para pengusaha yang muncul dari perpustakaan itu datang dari berbagai wilayah di Indonesia.