Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kisruh Di Sektor Kayu Lapis

Jpma (japan plywood manufacturers' association) ke jakarta mengadakan pertemuan dengan apkindo. akan membahas cara bersaing yang sehat. kayu lapis indonesia membanjiri pasar jepang. ada patungan dengan katmatsu.

29 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENGKETA Otorita Asahan vs. Nippon Asahan Aluminium dari Jepang belum reda, tiba-tiba muncu] konflik sekitar ekspol kayu lapis Indonesia ke Negeri Sakura. Konflik ini menawali pertemuan antara ADkindo (Asosiasi Produsen Kayu Lapis Indonesia) yang dipimpin Bob Hasan dan asosiasi serupa dari Jepang yang bernama JPMA (Japan Plywood Manufacturers' Association). Dan JPMA itu, kini sedang menentukan sikap, untuk menghadapi Apkindo di Jakarta, bulan depan. "Saya tak menganggap masalah ini sebagai konfrontasi antara kayu lapis impor dan kayu lapis dalam negeri, melainkan saya mengharapkan diskusi tentang cara bersaing," kata KetuaJPMA, Zenetsu Konno, 59 tahun. Dengan nada merendah dikatakannya ia tak bermaksud "perang" melawan kayu lapis Indonesia. Tapi sebaliknya, Konno berharap agar Indonesia tidak menghancurkan industri kayu lapis Jepang. Ada apa sebenarnya? Ini semua berpangkal pada ekspor kayu lapis Indonesia yang seperti bah melanda Jepang dan menghanyutkan industri kayu lapis Negeri Sakura itu. Statistik 1982-1986 di Rinyacho (Badan Kehutanan Jepang) memperlihatkan bahwa sekitar 135 produsen dan pengolah kayu lapis di sana bangkrut. Tapi, jumlah keseluruhannya kini masih 199 pabrik, atau cuma berkurang 52 pabrik sejak 1980 -- mungkin karena muncul pabrik baru. Sementara itu, impor kayu lapis dari Indonesia meningkat 5,4 kali lipat hanya dalam dua tahun, dari 254 m3 pada 1985 menjadi 1,37 juta m3 pada 1987. Pada volume terakhir itu, Indonesia tak pelak lagi sudah menggigit hampir 93% pasaran impor kayu lapis Jepang, dengan pangsa yang meningkat sampai 1,48 juta m3. Volume ini rupanya dianggap melampaui kebutuhan Jepang yang, menurut Konno, setahunnya sekitar 8,5 juta m3 itu. Dengan produksi Jepang yang sekitar 7,5 juta m3 setahun, mestinya impor kayu lapis cuma sekitar 1,2 juta m3. "Bila kayu lapis impor cuma sekitar 1,2 juta m3, saya kira tak ada yang mempersoalkan," ujar Konno. Masalahnya, volume ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang lebih dari itu. Sehingga, mungkin karena begitu sebalnya, ada produsen di Jepang yang memakai istilah perang kayu lapis terhadap Indonesia. Apalagi harga kayu lapis Indonesia dianggap merusakkan pasaran lokal Jepang. Misalnya kayu lapis 12 mm, yang April lalu harga eceran di Jepang 1.223 yen, tapi sekarang turun menjadi 790 dan 810 yen per lembar. Karena itulah Februari lalu, produsen kayu lapis Jepang berniat menggugat Apkindo melalui GATT (General Agreement on Tariffs and Trade). Tapi urung karena direm Rinyacho yang, kabarnya, telah bertemu dengan pemerintah Indonesia. Hanya saja, anggota JPMA masih beranggapan bahwa keberhasilan ekspor Indonesia ke Jepang itu karena tidak fair, misalnya ada "hadiah promosi ekspor", yang dinilai menyimpang dari peraturan GATT. Dan untuk mencegah lebih parahnya industri kayu lapis Jepang, JPMA mengharap ada penyelesaian yang baik dalam pertemuannya dengan Apkindo di Jakarta, bulan depan. "Saya pikir, di antara Apkindo dan JPMA masih ada gap yang besar," ujar Konno. Apa Jepang mau menyetop impor kayu lapis dari Indonesia? Menurut Konno, pintu impor Jepang tetap terbuka, tak dilarang. Tapi di samping persaingan sehat, Konno berpendapat, hak memimpin pasaran mestinya dikuasai Jepang sendiri. Tapi, diam-diam, beberapa importir kayu lapis Jepang senang juga beli dari Indonesia, yang murah harganya itu. Konno pun mengakui bahwa sebagian anggota JPMA punya hubungan bisnis dengan pihak Indonesia. Bahkan perusahaan di bawah pimpinan Konno, yang beromset sekitar 30 milyar yen setahunnya itu, akan mengimpor juga akhir tahun ini. Namun, yang paling bikin kaget, adalah rencana munculnya perusahaan patungan di Tokyo, Jepang, yang bakal memasok kayu lapis dari Indonesia. Itulah perusahaan kongsi antara perusahaan importir Jepang, Kanmatsu Shoji Co.. dan Apkindo di bawah Bob Hasan. Sejak 1979 Kanmatsu"berjuang" sendiri, mengimpor kayu lapis dari Indonesia. Kanmatsu begitu tekun, hingga kini mencengkeram sekitar 28% pangsa kayu lapis Indonesia di Jepang. "Usaha itulah yang rupanya dinilai baik Apkindo, sehingga kami bersama-sama mendirikan perusahaan patungan," kata Kiyoshi Mazaki, 53 tahun, Presdir Kanmatsu, yang memuji Bob sebagai orang yang sangat dihormatinya. Beberapa produsen kayu lapis Jepang memang cuma mengeluh, karena tak berdaya. Mereka tak sanggup menangkalnya walaupun keinginan untuk itu ada. "Karena sudah ikut protes, agaknya sulit mengubah sikap tersebut mereka bisa dipermalukan bila mengubah sikap," tutur Mazaki. Ia seperti mengingatkan bahwa, ketikaJepang kekurangan suplai kayu lapis, mereka berlomba-lomba pergi ke Indonesia untuk beli kayu lapis. Sedangkan tatkala kebutuhannya sedikit, tanpa pikir panjang mereka segera mau menghentikan impor. Kanmatsu, kabarnya, banyak diperbincangkan, tak lain karena manangani pemasokan sepertiga kayu lapis Indonesia untuk Jepang. Apa kata Bob? "Siapa bilang akan dimonopoli Kanmatsu? Hanya saja, kita harus ingat, dong, zaman kita susah jual kayu lapis ke Jepang, hanya Kanmatsu yang mau terima," kilah Bob Hasan. Ketika itu, kata Ketua Apkindo itu lebih lanjut, susah payah ia menawarkan kayu lapis kepada sekitar 500 distributor di sana. Tapi, "Perusahaan Kanmatsu yang memang pionir, mengenalkan kayu lapis kita di Jepang sampai besar jumlahnya," tambah Bob. Karena jasa Kanmatsu itu, Bob membentuk perusahaan patungan. Kelak, katanya, sahamnya di situ sampai 95%, yang dibagi-bagi di antara anggota Apkindo. Betulkah anggota Apkindo harus menyetor sebagian ekspornya ke Jepang kepada Kanmatsu? "Ah, enggak! Tapi, yaa, saya anjurkan saja, sesukanya saja, deh. Sekitar 40%. Tapi mereka kan boleh juga menjual ke yang lain," ujarnya. Yang mungkin perlu diingat, JPMA katanya ingin bersaing secara fair. Suhrdjo Hs., Linda Djalil, Seiichi Okawa (Jepang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus