Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Badan Pusat Statistik menyebut pertumbuhan ekonomi 2020 yang mengalami kontraksi -2,07 persen mengakibatkan Produk Domestik Bruto atau PDB per kapita turun ketimbang 2019. Pada 2020, PDB per kapita tercatat Rp 56,9 juta.
“PDB per kapita mengalami penurunan sebesar Rp 56,9 juta atau setara US$ 3.911,7,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat, 5 Februari 2021.
Dibanding dua tahun sebelumnya, PDB per kapita terus meningkat. Pada 2018, PDB per kapita Indonesia tercatat Rp 56 juta atau US$ 3.927,3.
Kemudian pada 2019, PDB per kapita Indonesia naik menjadi Rp 59,1 juta atau US$ 4.174,5. PDB pada 2019 meningkat saat perekonomian Indonesia tumbuh 5,02 persen.
Kontraksi ekonomi pada 2020 dipengaruhi melemahnya sepuluh sektor industri karena pandemi Covid-19. BPS mencatat penyebaran wabah menyebabkan lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam, yakni -15,04 persen. Kontribusinya pun terhadap struktur PDB menyumbang dampak paling sebesar 0,64 persen.
Kemudian, sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum mengalami kontraksi -10,22 persen. Sektor jasa perusahaan juga mengalami kontraksi sebesar -5,44 persen. Lalu berturut-turut jasa lainnya mengalami kontraksi -4,10 persen serta perdagangan besar dan eceran hingga reparasi mobil dan sepeda motor sebesar -3,72 persen.
Meski demikian, masih ada beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif sepanjang 2020. Suhariyanto menerangkan lapangan usaha sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan 11,60 persen.
Lalu sektor informasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 10,58 persen; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang sebesar 4,94 persen; real estate sebesar 2,32 persen; serta pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,75 persen.
“Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada 2020 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,75 persen,” tutur Suhariyanto.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: BPS: Untuk Pertama Kali RI Mengalami Kontraksi Pertumbuhan Ekonomi Sejak 1998
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini