Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pemerintah menargetkan konversi 50 ribu unit sepeda motor BBM.
Sepeda motor listrik bisa menghemat pengeluaran sekitar Rp 240 ribu per bulan.
Pemerintah akan mempermudah izin pendirian stasiun penukaran baterai.
SURABAYA – Program konversi sepeda motor listrik masih sepi peminat. Menjelang akhir tahun, baru sekitar 4.400 orang yang mendaftar. Padahal pemerintah menargetkan peralihan 50 ribu unit kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik.
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gigih Udi Atmo, menuturkan biaya konversi yang masih tinggi tak bisa dimungkiri menjadi masalah utama. Saat ini, pemerintah membatasi biaya konversi maksimal Rp 17 juta per unit dengan subsidi senilai Rp 7 juta per unit.
Meskipun biaya konversi itu terkesan mahal, menurut Gigih, pengguna bisa menghemat pengeluaran sekitar Rp 240 ribu per bulan, dengan asumsi sepeda motor mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite sebanyak 1 liter per hari dan tarif listrik sebesar Rp 1.400 per kWh.
“Berdasarkan evaluasi kami, kalau biaya awal bisa diturunkan menjadi Rp 3-4 juta, akan sangat membantu untuk membuat pengguna bersemangat ikut konversi,” kata Gigih, akhir pekan lalu.
Pemerintah mencoba beberapa strategi untuk meringankan biaya awal konversi tersebut. Salah satunya dengan melibatkan lebih banyak lembaga keuangan untuk membiayai lewat kredit. Dengan skema cicilan, beban biayanya bisa terasa lebih ringan.
Pemerintah juga sedang menggodok aturan untuk mempermudah pendirian stasiun penukaran (swap) baterai kendaraan listrik. Gigih berujar, skema tukar baterai bisa membuat ongkos konversi lebih murah ketimbang menggunakan baterai tanam. Alasannya, harga baterai untuk sepeda motor listrik saat ini mencapai Rp 7-8 juta per unit. Sementara itu, jika menggunakan baterai lepas-pasang, pelanggan hanya dibebani biaya sewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Jalan Terjal Ekspansi Pom Kendaraan Listrik
Sekretaris Jenderal Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia, Hanggoro Ananta Khrisna, membenarkan bahwa pemanfaatan swap baterai bisa mengurangi ongkos pembelian sepeda motor listrik, termasuk yang konversi. Sebab, harga baterai berkontribusi 40-50 persen dari harga keseluruhan unit. “Cuma memang ada biaya tinggi terhadap penyedia baterai,” ujarnya. Selain itu, perlu ada standardisasi untuk baterai dalam jangka panjang.
Kurang Sosialisasi
Konversi mobil biasa ke mobil listrik di bengkel kerja Spora EV kawasan Lengkong, Tangerang Selatan, Banten, 3 Februari 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tugas pemerintah lainnya, menurut Gigih, adalah melakukan sosialisasi. Dari hasil uji petik terhadap para pendaftar program konversi, Kementerian menemukan tak sedikit yang salah paham. “Dikiranya sepeda motor lama mereka ditukar, lalu dapat Rp 7 juta,” tuturnya. Beberapa orang di antaranya juga mengira sepeda motor mereka bakal diganti dengan sepeda motor listrik baru.
PT Braja Elektrik Motor, salah satu bengkel yang sudah mendapat sertifikasi mengkonversi sepeda motor listrik, merasakan langsung kondisi tersebut. “Hampir setiap hari ada masyarakat yang membawa kendaraannya ke tempat kami dan bertanya mana uang bantuan Rp 7 juta,” ujar Chief Executive Officer Braja Elektrik Motor, Yoga Uta Nugraha. Mereka tak mengetahui bahwa bantuan pembiayaan dari pemerintah disalurkan melalui bengkel konversi, bukan kepada pemilik kendaraan secara langsung dalam bentuk tunai.
Faktor biaya juga berkontribusi besar pada minat calon pelanggan bengkel di Surabaya, Jawa Timur, tersebut. Uta mengatakan tak sedikit yang memilih membeli sepeda motor berbahan bakar minyak baru ketimbang mengeluarkan dana untuk konversi. Padahal, menurut dia, sepeda motor konversi baru sepadan dibandingkan dengan sepeda motor listrik. Pasalnya, sepeda motor konversi sudah bisa setara spesifikasinya dengan sepeda motor listrik baru di kisaran Rp 30 juta.
“Itu sebabnya Braja baru bisa mengeksekusi enam unit sepeda motor konversi. Namun jumlah peminatnya semakin banyak. Saat ini ada sekitar 30 unit sepeda motor yang dalam proses modifikasi,” ujarnya.
Promosi Keliling
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menuturkan pihaknya bakal menggencarkan sosialisasi program konversi. Tahun ini sepuluh kota menjadi sasaran utama, yaitu Denpasar, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Medan, Balikpapan, Makassar, Mataram, dan Kupang. Dia berharap promosi tersebut bisa menggaet lebih banyak peminat konversi sepeda motor.
Menurut Agung, penggunaan kendaraan listrik bakal membantu target pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia sudah berkomitmen mengurangi emisi sebesar 31,89 persen pada 2030 atau 43,2 persen dengan dukungan internasional. Indonesia juga memiliki target mencapai netral karbon pada 2060 atau lebih cepat.
“Ini juga salah satu upaya untuk menurunkan impor bahan bakar,” tutur Agung. Saat ini ada sekitar 120 juta kendaraan roda dua di dalam negeri. Dengan asumsi konsumsi rata-rata kendaraan tersebut sebanyak 1 liter per hari, kebutuhan BBM roda dua saja mencapai 650 ribu barel per hari. Angkanya terpaut tipis dengan kemampuan lifting minyak di dalam negeri. Selain itu, tren penjualan kendaran roda dua berbahan bakar minyak menunjukkan kenaikan 5-6 persen per tahun.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo