Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin mengatakan kendaraan sepeda motor menjadi penyumbang terbesar polusi udara di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan, kendaraan sepeda motor menghasilkan sumber emisi pencemar udara sebesar 23.887,57 ton atau 64 persen setiap harinya, sementara mobil berbahan bakar bensin mencapai 22 persen, truk sebesar 7 persen, bus 4 persen, mobil berbahan bakar solar sebesar 3 persen, serta bajaj hanya 0,17 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sepeda motor angka di Jabodetabek mungkin secara nasional, sepeda motor menjadi the most polluters di antara moda transportasi yang lain," ujar Safrudin dalam diskusi bertajuk Opsi lain dari PPN 12 persen: Cukai Karbon dari Kendaraan Bermotor melalui platform zoom pada Selasa 31, Desember 2024.
Sementara itu, dia memaparkan data lain berupa particulate Matter (PM) atau pengukuran polusi udara yang ada di wilayah Jakarta. Safrudin menuturkan polusi udara di Jakarta berada pada level PM 2.5 selama 10 tahun terakhir yakni pada 2011 hingga 2020, dengan menunjukkan kualitas udara di Jakarta tidak sehat.
Konsentrasi PM 2.5 ini menghasilkan kualitas pencemaran udara di Jakarta sekitar 46.1 mikrogram per meter kubik. Safrudin mengatakan, untuk kualitas udara yang baik atau sehat rata-rata tahunannya adalah 15 mikrogram per meter kubik.
"Untuk parameter lain, sebenarnya CO ya, carbon monoxide, itu juga tingginya di roadside-nya atau di pinggir jalan, seiring dengan lalu-lalang kendaraan bermotor," kata dia.
Selain faktor kendaraan sepeda motor, Safrudin menyebutkan terdapat penyebab lain buruknya kualitas udara di wilayah Jakarta. Dia mengatakan hal tersebut berkaitan dengan letak geografis wilayah Jakarta yang berada di pinggir laut.
Menurut dia, letak geografis ini juga mempengaruhi seperti apa kualitas udara yang ada di setiap daerah. Sebab, kata Safrudin, hal tersebut mempengaruhi proses fotokimia antara nitrogen dioksida dengan hidrokarbon yang dilakukan berada di luar jangkauan matahari sehingga terdapat O3 atau ozon.
Letak geografis wilayah Jakarta yang berdekatan dengan laut, menyebabkan terdapat kecenderungan ozon yang berasal dari proses arah laut menuju darat. "Nah problem utama Jakarta selain PM 2.5 dan PM 10, itu juga hasilnya ozon-nya," ucap Safrudin.
Pilihan Editor: 537 Perusahaan Sawit Terindikasi Tidak Berizin