Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kring Di Desa-Desa

Soesilo Soedarman meresmikan stasiun telepon pedesaan fase I di Anyer Kidul, Serang, Jabar. Menelan biaya Rp 20 milyar dan mampu melayani 4.000 pelanggan.Proyek bantuan Prancis.

25 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA desa di Banten kini mulai terbuka untuk dunia luar. Ini ditandai oleh adanya stasiun telepon yang Sabtu lalu diresmikan oleh Menteri Parpostel Soesilo Soedarman di Anyer Kidul -- 30 km sebelah barat Serang, Jawa Barat. Itu merupakan desa terakhir dari rangkaian proyek fase I yang dikerjakan oleh TRT (Telecommunications Radio Electriques, et Telephoniques), sebuah perusahaan telekomunikasi dari Prancis. Proyek telepon bernilai 70 juta franc (Rp 20 milyar lebih) itu konon relatif murah. Kecanggihan sistem telepon melalui gelombang radio ini sesuai dengan sasarannya di pedesaan. Jadi, tidak perlu lagi repot-repot memasang kabel distribusi. Energi yang digunakan untuk mengoperasikan seluruh peralatan itu diambil dari tenaga matahari. Stasiun teleponnya cukup "ditunggui" sebuah antena parabola yang dipasang setinggi 40 m. Antena yang namanya IRT 1500 ini bisa menghubungkan telepon dari pelanggan di desa dengan STO (sentral telepon otomat), yang selanjutnya seperti biasa disambungkan lewat kabel ke telepon-telepon lainnya di kota atau di luar negeri. Antena parabola IRT 1500 itu mampu mendistribusikan sambungan telepon ke pelanggan-pelanggan di sekitarnya. Selain itu, antena IRT 1500 ditunjang oleh tiga terminal stasiun yang sudah dibangun di Ciruas (16,5 km selatan Serang), Cilegon, dan Carita. "Diciptakannya IRT 1500 ini memang untuk menghadapi segala macam kendala geografis dengan hanya memerlukan tenaga yang sangat sedikit," ujar Francois Lerailles, Administrator Director IRT, yang khusus datang dari Prancis untuk menghadiri peresmian itu. Tapi, masih ada saja kendala lain. Agar efektif, antena harus dibangun dekat-dekat STO. Lagi pula, nomor-nomor telepon yang bisa didistribusikan di Anyer masih mengambil nomor-nomor dari Serang. Berarti, kapasitasnya sangat bergantung pada kapasitas STO Serang, yang hingga kini hanya memiliki 128 sambungan, di antaranya 8 sambungan di Anyer. Agak terbatas memang, padahal, sebagai pusat wisata yang pertumbuhannya begitu pesat, kelak Anyer memerlukan lebih banyak nomor. Selain di Anyer, antena serupa juga dibangun di Pasawuran (18,5 km sebelah selatan Anyer), Labuhan (35 km sebelah selatan Anyer), Plered (Cirebon), Pulau Seribu, dan Nusa Dua (Bali). Peresmian antena di Anyer itu merupakan rangkaian terakhir dari fase I Proyek Telepon Pedesaan, yang meliputi 20 jaringan yang tersebar di Jawa, Bali, dan Batam. Atau di 103 lokasi yang melibatkan sekitar 4.000 pelanggan. Proyek serupa dalam fase II, dengan 29 jaringan, sedang dibangun dan diharapkan selesai September 1990. Proyek ini tersebar di 180 lokasi terpencil di Jawa, Irian Jaya, dan pulau-pulau lainnya, yang mampu menghubungkan sekitar 3.000 pelanggan. Modal yang ditanam dalam fase kedua ini 90 juta franc lebih, juga bantuan dari Pemerintah Prancis. Lalu -- masih dalam masa persiapan -- proyek serupa dalam fase III yang menyediakan fasilitas komunikasi untuk 400 lokasi terpencil lainnya. Moebanoe Moera, MW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus