KEBIJAKSANAAN uang ketat tampaknya tidak mempunyai titik singgung dengan PT Hanjaya Mandala Sampoerna. Senin pekan silam, produsen rokok Dji Sam Soe dan Sampoerna ini menandatangani fasilitas revolving credit dari sindikasi 11 bank. Plafon kredit itu US$ 76,5 juta. Koordinator sindikasi adalah Chase Manhattan Bank, yang hari itu diwakili oleh Country Wholesale Banking Manager Chase, Hasnah Thajib. Dari pihak debitur, tampil Putera Sampoerna, Presiden Direktur HM Sampoerna. Ini merupakan fasilitas pinjaman kedua yang diberikan oleh sindikasi yang sama, yang pesertanya adalah BRI, Bapindo, BUN, Bank Pacific, PT Private Development Company of Indonesia, Bank Niaga, IBJ Indonesia, Bank Bumiputera, PT Merchant Investment Corporation, dan PT Bank Sampoerna. Pinjaman pertama lebih besar, yaitu US$ 80 juta. Dari plafon tahun lalu itu, yang terpakai US$ 69 juta. Sisanya belum terpakai, hingga plafon pinjaman yang sekarang oleh Sampoerna minta diturunkan. Sebesar 50% dari kredit yang baru diteken itu diberikan dalam rupiah dan sejak 20 Februari langsung bisa cair dan akan dipakai untuk membeli bahan baku, terutama tembakau. "Kami harus memiliki persediaan untuk tiga tahun," ujar Ekadharmajanto, Chief Financial Officer Sampoerna. Yang 50% lainnya dalam dolar, sehingga akan bisa dimanfaatkan untuk, misalnya, pengadaan mesin. Tahun lalu total penjualan Sampoerna mencapai Rp 360,878 milyar. Keuntungannya setelah pajak Rp 36 milyar, lebih tinggi 20% dibanding tahun sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini