Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEMBACA koran berukuran besar (broadsheet), seperti umumnya koran di Indonesia sekarang ini, memang bisa merepotkan. Paling tidak, perlu ruang yang luas untuk membuka setiap lembar halamannya. "Apalagi membaca koran saat di pesawat atau kereta api," tutur Hary Wibowo, salah seorang account executive sebuah biro periklanan besar di Jakarta. Bisa-bisa, penumpang di sebelah jadi sewot karena merasa terganggu.
Pengalaman yang berbeda diperoleh ketika suatu kali ia melawat ke Eropa. Koran di sana rata-rata berukuran lebih kecil, kurang lebih sebesar format tabloid di Indonesia, yang kemudian disebutnya sebagai compact format (format kompak).
Memang, format koran kecil tadi kini tengah menjadi tren dunia, khususnya di Eropa dan Asia. Koran ekonomi The Asian Wall Street Journal dan The Wall Street Journal Europe pun tak mau ketinggalan. Dow Jones & Co., penerbit kedua harian itu, bahkan telah memutuskan akan mengubah tampilan koran ekonominya ke format kompak. Menurut juru bicara Dow Jones wilayah Asia, Joe Spitzer, perubahan ini dimaksudkan untuk makin memudahkan pembaca.
"Kami ingin memberi kenyamanan dan kemudahan bagi pembaca dengan mobilitas yang tinggi, yang membutuhkan informasi saat itu juga," kata Spitzer kepada Tempo. Lebih gampang dibaca dari lembar halaman satu ke halaman lain, meski berada di dalam berbagai jenis alat transportasi, dan mudah dibawa ke mana saja. "Pendeknya, tidak menyusahkan pembaca," ujarnya meyakinkan.
Menurut Spitzer, pihaknya tidak banyak berharap perubahan ini akan langsung menaikkan oplah koran. Yang lebih diinginkan adalah peningkatan kualitas tingkat membaca, ketimbang kuantitas pembaca. "Fokus kami membidik eksekutif perusahaan-perusahaan multinasional," ujarnya. Tiras The Asian Wall Street Journal saat ini 80.883 eksemplar, dan The Wall Street Journal Europe mencapai 86.156.
Menurut Spitzer, hasil penelitian International Newspaper Marketing Association pada Februari lalu menyebutkan, 16 koran di kawasan Eropa yang mengubah ke format kompak mengalami kenaikan tiras hingga 4,6 persen. Spitzer juga optimis tiras korannya yang berdiri pada 1976 ini akan naik, mengingat pembaca tampak menginginkan perubahan ukuran kertas itu sesuai dengan gaya hidup mereka yang super sibuk.
Spitzer telah menghitung, agaknya tampilan baru ini nanti juga akan membawa berkah lain. Perubahan format itu akan mendatangkan keuntungan tambahan buat pemegang saham Dow Jones. Dalam hitungan di atas kertas, perusahaan bisa melakukan penghematan biaya produksi sampai US$ 17 juta per tahun mulai 2006 mendatang. "Bahkan tahun ini kami bisa menghemat (biaya produksi) US$ 5 juta," kata dia.
Perubahan ukuran kertas itu, masih menurut Spitzer, akan mulai dilakukan pada 17 Oktober mendatang. "Kami ingin memberikan waktu sebagai masa transisi terlebih dulu kepada pembaca dan pemasang iklan," ujarnya. Dia menambahkan, Dow Jones juga akan mengintegrasikan edisi cetaknya dengan the Wall Street Journal Online (WSJ. com), situs berita dengan pelanggan bayar terbesar, yaitu 731 ribu orang.
Di Eropa, koran berukuran kecil seperti yang direncanakan AWSJ dan WSJ itu memang sudah lama beredar, misalnya El Pais (Spanyol) dan Gazet (Jerman). Gelombang perpindahan dipelopori oleh The Independent di Inggris. Di Malaysia, New Straits Times yang lebih dari 150 tahun setia dengan ukuran broadsheet, dan akhirnya memutuskan beralih ke format kompak, setelah tirasnya dilampaui pendatang baru, The Star, yang terbit dengan ukuran kecil.
Di Indonesia, Koran Tempo selangkah lebih cepat dari koran bisnis terbitan Dow Jones itu. Sejak 9 Mei lalu, harian ini sudah berubah bentuk ke format kompak. Menurut Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Toriq Hadad, perubahan itu untuk memenuhi keinginan pembaca. Juga mengikuti tren dunia. "Ukuran koran ini lebih kecil dari biasanya, lebih kompak, lebih handy," kata dia.
Toriq menjelaskan, di beberapa negara, format kompak dipilih untuk memikat pembaca muda yang bergerak dengan mobilitas tinggi. Ternyata, perubahan ini tidak hanya berhasil meningkatkan sirkulasi, tapi juga membuka peluang baru bagi iklan. "Pengiklan bisa memajang produk sehalaman penuh dengan biaya yang jauh lebih kecil," ujarnya. Yang menarik, menurut Toriq, efek pencitraan yang dimunculkan dari iklan pada koran berformat kompak itu pun tak berbeda dengan yang dimuat pada koran berukuran besar.
Bagi pengamat media, Abdullah Alamudi, langkah yang ditempuh The Asian Wall Street Journal dan The Wall Street Journal Europe sangat tepat. Soalnya, pembaca mereka sudah economy minded dengan mobilitas tinggi. Pembaca di Indonesia memang belum semuanya seperti itu. "Jadi, saya agak khawatir perubahan Koran Tempo," kata dia, "meski saya acungkan jempol untuk terobosannya."
Stepanus S. Kurniawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo