Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Luhut Sebut Nasib Impor KRL Bekas Tunggu Hasil Audit, BPKP: Baru Mulai Perencanaan

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh buka suara soal audit impor kereta rel listrik (KRL) bekas.

8 Maret 2023 | 10.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Alat berat menurunkan gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) bekas dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, 4 April 2018. Sebanyak 10 unit rangkaian KRL didatangkan dari Jepang. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh buka suara soal audit impor kereta rel listrik (KRL) bekas. Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan rencana impor tersebut bergantung dari hasil audit yang dilakukan oleh BPKP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Belum (melakukan audit). Baru mulai perencanaan auditnya," kata dia saat dihubungi Tempo pada Selasa malam, 7 Maret 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ateh berujar BPKP belum menerima surat permintaan resmi untuk melakukan audit impor KRL bekas tersebut. Adapun PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah merencanakan impor 10 gerbong kereta pada tahun ini. KCI juga bakal mengimpor 19 gerbong lainnya pada 2024. 

Sebelumnya, Luhut mengatakan rencana impor kereta rel listrik atau KRL bekas harus segera dilakukan. Karena itu, Luhut mengaku akan meminta BPKP segera melakukan audit. "Memang harus kita lakukan dalam waktu dekat (impor KRL bekas dari Jepang), 10 gerbong itu," kata Luhut saat ditemui awak media di kantornya, Jakarta, Jumat, 3 Maret 2023.

Sementara itu, Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba berujar gerbong kereta impor tersebut untuk mengganti kereta yang rencananya akan dikonservasi mulai tahun ini.

KCI juga mengaku telah melakukan Forum Group Discussion (FGD) terlebih dulu dengan melibatkan stakeholders dari kementerian, pengamat dan komunitas pengguna commuterline. 

Selanjutnya: Sebetulnya KCI memiliki opsi lain ...

Menurut Anne, sebetulnya KCI memiliki opsi selain impor kereta bekas yaitu dengan memperbarui teknologi kereta yang akan dikonservasi. Namun, dia menilai pengerjaannya akan memakan waktu lebih lama sekitar satu sampai tahun. KCI pun menyatakan telah berdiskusi dengan PT INKA, Jepang, dan Spanyol terkait sharing upgrade teknologi ini. 

Anne menuturkan kereta bekas yang akan diimpor tidak akan langsung digunakan untuk operasional commuterline. Namun, KAI Commuter akan melakukan pembaruan pada gerbong-gerbong kereta yang diimpor itu. Misalnya, mengganti AC di dalam kereta, bangku-bangku di setiap kereta, dengan barang-barang yang memiliki tingkat TKDN (Tingkat Komponen Dalam) yang tinggi. 

KCI menghitung, setidaknya TKDN setiap trainset kereta akan mencapai 40 persen setelah interior dan eksterior kereta tersebut diganti. Ia menekankan jumlah tersebut di atas standar yang ada. 

"Semua produk yang digunakan merupakan produk dalam negeri. Saat ini KAI Commuter masih belum mendapat izin untuk kereta bukan baru tersebut," tuturnya.

RIANI SANUSI PUTRI | AMELIA RAHIMA SARI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus