BANYAK devisa bakal bisa dihemat. Tambahan suplai pupuk dalam jumlah besar juga akan diperoleh. Bahkan industri lokal pembuat pelbagai macam racun serangga, tidak perlu lagi sepenuhnya menggantungkan pada bahan baku impor. Perubahan besar yang mempengaruhi struktur pengadaan bahan baku dan penyediaan pupuk itu terbuka lebar, sesudah perluasan ketiga PT Petrokimia di Gresik dan pembangunan anak perusahaannya diresmikan Kepala Negara, pekan lalu. Dari pabrik baru Petrokimia itulah nantinya dihasilkan secara tetap 510.000 ton asam sulfat, 317.500 ton asam fosfat, 250.000 ton pupuk ZA, 12.600 ton aluminium fluorida, dan 440.000 ton gipsum, jika seluruh kapasitas terpasang dijalankan penuh. Dengan demikian, untuk membuat pupuk TSP, yang juga dihasilkan Petrokimia, pemerintah tidak perlu lagi mengimpor asam fosfat. Bahan baku berupa batuan fosfat juga bisa diperoleh dari kawasan sekitar, yang ditambang oleh tidak kurang dari 23 pengusaha kecil. Industri semen lokal, yang selama ini banyak mengimpor gips dari Muangthai dan Australia, juga bisa memperoleh bahan penolong itu dari sana. Sedang bagi industri aluminium, seperti di Asahan, aluminium fluorida sangat diperlukan dalam proses peleburan. Sementara itu, industri lokal pembuat racun serangga juga diharapkan banyak memanfaatkan diazinon, bahan aktif karbamate cair dan bubuk yang dihasilkan PT Petrosida, anak perusahaan PT Petrokimia. Presiden Soeharto menyebut usaha menghasilkan pelbagai bahan baku itu sebagai upaya "membebaskan diri dari ketergantungan suplai luar negeri". Devisa akhirnya juga bisa dihemat. Penghasilan asam fosfat, asam sulfat, tambahan pupuk ZA, aluminium fluorida, dan gips diperkirakan bisa menghemat devisa sekitar US$ 56 juta setahun. Sedang pembuatan diazinon 2.000 ton, karbamate cair 900 ton dan karbamate bubuk 450 ton oleh Petrosida diduga akan menghemat US$ 4,5 juta. Dengan demikian, devisa yang biasanya digunakan untuk mengimpor semua bahan baku dan penolong itu, "Bisa kita gunakan untuk mengimpor berbagai barang modal yang kita perlukan bagi pembangunan industri lain," Kepala Negara menambahkan. Untuk mewujudkan harapan itu, pemerintah, sebagai kekuatan terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, tampaknya tak ingin berjalan tanggung. Perluasan ketiga pabrik Petrokimia, yang memerlukan banyak barang modal itu, dibangun dengan dana cukup besar: R 205 milvar. Lebih dari separuh kebutuhan dana itu dipenuhi pemerintah Jepang, yang menyediakan kredit ekspor bagi pengadaan barang-barang modal. Sisanya berasal dari kredit perbankan lokal serta dana Petrokimia sendiri. Sedang Petrosida, yang dibangun dengan kerja sama Daewoo Corp., Korea Selatan menelan biaya Rp 20 milyar - sekitar separuhnya berasal dari kredit ekspor pemerintah Korea Selatan, dan sisanya merupakan penyertaan modal Petrokimia. Bahan aktif pestisida yang dihasilkan pabrik ini memang belum akan mencukupi seluruh kebutuhan industri hilir pembuat racun serangga. Apa boleh buat, karena dana terbatas, pemerintah terpaksa merencanakan pembangunan industri hulu itu secara bertahap, seperti halnya ketika mengembangkan PT Petrokimia. Sekitar 12 tahun lalu, badan usaha milik negara itu hanya memiliki unit produksi penghasil pupuk nitrogen, pupuk ZA, urea, dan hasil samping berupa amonia cair, asam sulfat, oksigen gas, dan nitrogen gas. Tujuh tahun kemudian, Kepala Negara meresmikan pengoperasian unit produksi penghasil pupuk TSP, DAP, dan NPK. Dan tahun lalu, unit kedua penghasil TSP diresmikan lagi. Dengan demikian, dari Petrokimia itu kini bisa dihasilkan TSP tidak kurang dari 800.000 ton lebih setiap tahun. Sesudah beberapa kali diperluas, kawasan pabrik Petrokimia itu kini bagai sebuah kota satelit bagi Gresik. Selain fasilitas rumah masjid, dan sarana olah raga bagi para karyawan, di dalam kawasan juga terdapat sarana bagi industri kecil. Sebuah dermaga yang mampu menampung kapal 60.000 ton juga ada di sana. Kawasan pabrik, yang kini menempati wilayah 250 ha, akan diperluas hingga 400 ha, untuk menampung hadirnya pabrik-pabrik baru. Banyak industri mesin lokal ikut menyediakan sejumlah komponen mesin - ketika Petrosida sedang dibangun tak jauh dari unit-unit produksi Petrokimia. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam pelbagai unit diperkirakan lebih dari 3.600 orang. Angka penyerapan tenaga kerja ini akan makin besar jika sektor perdagangan, transportasl, distribusi, dan sektor jasa lainnya, yang tumbuh karena kehadiran Petrokimia, juga ikut diperhitungkan. Dengan demikian, secara langsung, kehadiran Petrokimia - selama 12 tahun terakhir - telah mendorong munculnya berbagai kegiatan ekonomi di sana. "Semua itu merupakan nikmat langsung yang dirasakan masyarakat," kata gubernur Jawa Timur, Wahono. Namun, kritik tetap juga ada. Makin beratnya pencemaran perairan di sekitar Gresik dan terusirnya burung walet dari kota pesisir itu, konon, juga merupakan hasil langsung kehadiran Petrokimia di sana. Maka, pembangunan pabrik Petrosida kini dilengkapi unit pembersih air limbah. Unit pembersih ini mampu memulihkan kesegaran air, hingga tak lagi mengandung banyak senyawa logam berat, kimia organik, dan menambah kandungan okslgen ke dalamnya - dengan daya olah 455 metrik ton setiap hari. Untuk mengontrol, di sebuah bak air yang sudah diolah ditebarkan beberapa ikan sebelum akhirnya dibuang ke laut. Tindakan pencegahan semacam itu diperlukan. Sebab, pengalaman di negara industri menunjukkan, cepatnya laju industrialisasi sering mengorbankan kepentingan sektor lain: kesegaran lingkungan hidup. Apa mau dikata, Investasi untuk memelihara kesegaran lingkungan itu ternyata cukup mahal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini