Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Maju, Tapi Tetap Tidak Adil

Penetapan harga patokan timah baru, diterima produsen dengan hati berat karena di bawah harga yang diinginkan. 7 negara penghasil timah dunia akan membentuk sekretariat di London & merubah cara voting. (eb)

4 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH berdebat dalam suasana panas, akhirnya Dewan Timah Internasional (DTI) yang bersidang di London 20 Juli lalu menaikkan harga lantai dari M$ 1350/pikul menjadi M$ 1500/pikul (60,48 kg). Dan harga plafon naik dari M$ 1700 menjadi M$ 1950/pikul Pihak produsen yang diprakarsai oleh Malaysia semula mengusulkan M$ 1850 untuk harga lantai dan M$ 2400/pikul untuk harga plafon. Maka untuk kesekian kalinya "pihak produsen terpaksa menerima penyesuaian harga itu dengan hati berat," kata seorang pejabat tinggi Departemen Pertambangan. Selisih harga yang diinginkan itu memang cukup banyak. Sekitar M$ 150 sampai M$ 450/pikul. Apalagi dalam ekonomi dunia yang serba sulit seperti sekarang. Malaysia misalnya memperkirakan untuk pengembalian investasi di bidang pertambangan dan pajak sudah mencapai 40%, sementara tingkat kenaikan biaya (up dating cost) hingga akhir Juni 1979 sudah sebesar 15%. Belum lagi dihitung keuntungan. Apa yang ditetapkan DTI London itu sedikit di bawah perkiraan konperensi para menteri 6 negara penghasil timah di Jakarta 13 Juli lalu. Di Indonesia dan Malaysia, ongkos produksi berdasarkan harga Juni 1979 mencapai sekitar M$ 1737/pikul. Menteri Pertambangan dan Logam Bolivia, Jorge Eschazu yang bertemperamen keras mengatakan ongkos produksi di negaranya sebesar M$ 1859/pikul. Sedang Muangthai untuk memproduksi balok-balok timahnya hanya memerlukan sekitarM$ 1361/pikul. Tidak Adil Walaupun belum memuaskan semua produscn, penetapan harga patokan ini dianggap sudah merupakan suatu kemajuan. Untuk memperbaikinya di antara para produsen dikandung maksud membentuk sekretariat bersama negara penghasil timah. Sekretariat ini akan ditempatkan di London agar dapat mengadakan kontak lebih cepat dan efektif dengan negara konsumen. Wadah ini diharapkan akan dapat menjadi sarana dari 7 negara penghasil timah dunia mencapai perlakuan adil. "Adil dalam segala hal termasuk harga," kata Menteri Pertambangan dan Energi Subroto. Katanya lagi. "Sulitnya, dalam penentuan harga kita tidak bisa memutuskan sendiri. Harus berunding dengan konsumen." Tidak hanya sampai di situ. Dalam sidang DTI itu, para produsen timah juga melihat ketidak adilan cara pemungutan suara. Mereka sepakat agar pembagian dan cara pemungutan suara dirubah. Dewasa ini hak penghasil timah dengan hak konsumen dianggap tidak seimbang. Perbandingan suara 1000 untuk negara produsen dan 1000 untuk konsumen dinilai tidak menguntungkan negara produsen. Misalnya dalam penentuan harga patokan, tuntutan para produsen dapat digagalkan dengan suara sama oleh negara konsumen. Pengadaan cadangan penyangga (bufer stock) juga dinilai tidak ada. Selama ini iuran wajib 50% diambil dari negara produsen timah sisanya dari negara konsumen yang sifatnya rela. Maka untuk menyelaras harga timah di pasaran, para delegasi negara produsen minta agar produsen timah seperti Brazilia dan RRC diajak ikut dalam sidang Perjanjian Timah Internasional (ITA) ke VI yang direncanakan akan berlangsung Juli 1981 di Manila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus