PEMERINTAH rupanya sedang mencari pinjaman US$ 400 juta. Mandat itu diberikan kepada Chemical Asia Ltd., Instituto Bancario San Paolo di Torino, Banque National de Paris, Barclays Bank PLC., Dresdner Ltd., IBJ Asia Ltd., dan Mitsui Finance Asia Ltd. Syarat yang diminta: pinjaman itu berjangka waktu delapan tahun dengan tenggang waktu lima tahun. Bunga untuk empat tahun pertama 0,5% di atas LIBOR (suku bunga pinjaman antarbank di London), dan untuk empat tahun terakhir 0,675%. Pinjaman itu diharapkan akan dibayarkan secara bertahap dalam tempo tiga tahun. Bank-bank tersebut akan mendapatkan imbalan 0,25% pada pembayaran dua tahun pertama dan 0,3125% pada tahun terakhir. Menurut Asian Wall Street Journal, ini untuk pertama kalinya, sejak Desember 1987, saat Pemerintah mencari pinjaman sindikat bank internasional. Pinjaman komersial itu belum jelas untuk apa. "Jika Pemerintah mengambil pinjaman, tentu dengan perhitungan sangat hati-hati. Kita kan bukan negara kaya," kata juru bicara Bank Indonesia, Dahlan Sutalaksana. Menurut Dahlan, rupiah kini sudah mantap. Tapi Pemerintah tetap menjaga cadangan devisa agar tetap cukup untuk menutup kebutuhan impor enam bulan. "Jika pertumbuhan ekonomi kita sedang melaju, kebutuhan impor mungkin akan naik. Karena itu, kita harus memelihara credit line," kata Dahlan lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini