TEPAT di Hari Pahlawan 10 November lalu, di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, sejumlah pengusaha muslim membuka lembaran baru di dunia perbankan. Mereka mendirikan PT Bank Matahari Arta Daya. Tokoh-tokoh yang tercatat dalam akta pendirian Bank Matahari Arta Daya, dan duduk di dewan komisaris perusahaan baru itu, bukan nama-nama asing di Muhammadiyah. Mereka adalah Ismail Suny, Lukman Harun, Agustiar, dan Rahimi Sutan. Bank Islam pertama di Indonesia itu, yang mengawali kegiatan di Ciputat, Bogor, dipimpin oleh Iwan Setiawan, bekas karyawan Bank Bumi Daya, yang jadi dosen ekonomi pada Universitas Muhammadiyah sebagai direktur utama. Modal awal bank Islam hanya Rp 100 juta, yang dikumpulkan dari tabungan amal anggota Muhammadiyah. Beda dengan bank-bank lain, Bank Matahari Arta Daya, karena akan dikenal sebagai bank Islam, memberikan kredit bukan berdasarkan "bunga". Mereka memberikan kredit atas nama usaha kerja sama untung-rugi (loss-profit sharing). Untuk tahap awal, Bank Matahari Arta Daya akan berusaha menggaet nasabah dari kalangan pengusaha kelas menengah ke bawah. Karena itu, kantor Bank Matahari Arta Daya didirikan dekat Pasar Ciputat, agar mudah terjangkau nasabah kecil. Bank yang belum punya logo ini -- menurut Komisaris Lukman Harun, mungkin akan dibikin seperti lambang Muhammadiyah -- akan mempriotitaskan kredit bagi pedagang kaki lima. Kegiatan lain yang akan mereka lakukan menyimpan tabungan pelajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini