SUASANA lesu menyelimuti base camp PT Marjaya di Rasian, 16 km
dari Tapaktuan. Beberapa pemuda tampak memetik gitar sambil
berdendang di pos jaga yang dulu biasanya dihuni Brimob
bersenjata. Kendaraan dan peralatan berat milik Bina Marga masih
berjajar rapi, walau beberapa truk tampak mulai rontok. Belasan
pekerja duduk santai sambil mengobrol. Sepi. Tidak ada kegiatan
lain, padahal PT Marjaya adalah pemborong perbaikan jalan antara
Tapaktuan Krueng Luas sepanjang 96 km di Aceh Selatan. Mengapa?
Kontrak Ditjen Bina Marga dengan perusahaan milik Markam
--pengusaha terkenal zaman Bung Karno dulu yang sempat menjalani
hukuman penjara beberapa tahun karena tindak pidana ekonomi --
ditandatangani September 1976. Dana pembangunan dari APBN dan
bantuan Amerika Serikat sebesar Rp 2,1 milyar Menurut kontrak,
pekerjaan harus rampung dalam 48 bulan.
Semula semuanya berjalan lancar. Marjaya bekerja dengan
menggebu. Upacara dimulainya perbaikan jalan ini yang disiarkan
juga oleh TVRI -- bersuasana pesta, dengan bendera merah putih
serta Golkar berkibaran. Tapi kemudian Marjaya bagai kena lesu
darah. Pekerjaan tersendat-sendat. Bahkan hingga kini tidak satu
kilometerpun jalan itu yang diaspal. Yang sempat dikerjakan
hanya membersihkan Jalan sepanjang 30 km dengan alat-alat berat.
Walau begitu nikmatnya sudah dirasa masyarakat. "Kalau dulu kita
ke Kandang makan waktu 3 atau 4 jam, kini kurang dari satu jam,"
kata seorang supir truk itu kalau tidak hujan, sebab bila hujan
jalan menjadi seperti bubur.
Sejak bulan Juli lalu Marjaya stop kerja sama sekali. Alat
beratnya dicecerkan saja di pinggir jalan. Sebagian besar
dibiarkan berkarat. Hanya 4 dari 53 dump truck yang jalan,
lainnya diistirahatkan karena suku cadangnya tak kunjung datang.
Menurut Azmi Jamaan Kasim, pimpinan Seksi 1, 70% peralatan itu
rusak. Laporan sudah dikirimnya ke Jakarta. Menurut perhitungan,
kontraktor seharusnya sudah menyelesaikan 52% pekerjaan, sedang
nyatanya baru 7,2%. "Itupun hanya mobilisasi, volume fisik
masih nol," kata Azmi.
Mengapa PT Marjaya macet? Beberapa stafnya hanya menggeleng
kepala. Kabarnya perusahaan ini mengalami krisis manajemen
Organisasi dan cara kerjanya "payah". Kesulitan keuangan
menyeretnya dalam hutang. Dan celakanya, banyak pengusaha kecil
setempat yang ikut bangkrut karena Marjaya tidak sanggup
membayar barang yang sudah mereka serahkan. Gaji pekerja sudah 3
sampai 4 bulan ini tak terbayar.
Mulanya Marjaya berdalih. Nilai kontrak dianggap terlalu
rendah. Bina Marga kemudian bersedia menambah Rp 1,8 milyar lagi
dan ini kabarnya sedang diproses di Bappenas. Tapi Marjaya tetap
menghentikan kerja. Alasannya menurut Markam karena kesulitan
bahan bakar, bahan bangunan serta sulitnya medan kerja. "Itu
semua nonsens," ujar seorang staf konsultan Louis Berger
International Corp. Para penyalur di Tapaktuan mengatakan, asal
ada duit, barang mudah didapat. Bahkan 2 kapal tanker Marjaya
berisi bahan bakar di pelabuhan Tapaktuan masih penuh dan belum
dibongkar.
Alasan lain kemudian dikemukakan Marjaya Departemen PU tak
memenuhi janji. Bantuan tenaga teknik yang pernah dijanjikan
Sutami tak pernah muncul hingga Marjaya tidak punya tenaga
trampil. "Itu tidak benar," bantah Azmi Jamaan. Departemennya
sudah memberi bantuan ahli tapi tak dimanfaatkan Marjaya.
Menurut dia, yang lebih menambah berantakan proyek ini ialah
karena para tenaga lapangan terdiri dari para pemuda yang belum
berpengalaman.
Rakyat Aceh yang mengharapkan sekali lancarnya pembangunan ini
tentu aja kecewa. Pangdam I/Ikandar Muda Brigjen R.A. Saleh
terang-terangan menyatakan kekecewaannya pada Marjaya.
Gubernur Daerah Istimewa Aceh Madjid Ibrahim malah mencap cara
kerja Markam dengan PT Marjayanya "avonturir".
Kantor pusat PT Marjaya di Jalan Kejayaan Jakarta tak terlalu
ramai. Tak seorang pun pimpinannya pekan lalu yang bisa ditemui,
termasuk Direktur Utamanya Teuku Markam atau isterinya yang
menjabat Direktur I. Karyawannya yang sekitar 60 orang tampak
takut ngomong, kabarnya setelah ada pers yang mengkritik
perusahaan ini.
Dirjen Bina Marga Surjatin Sastromidjojo pada Komisi V DPR pekan
lalu mengatakan pekerjaan pembangunan jalan Tapaktuan-Krueng
Luas ini akan diserahkan pada kontraktor asing, namun masih akan
memakai "bendera" PT Marjaya. Pembangunannya akan dimulai
tahun depan selama 4 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini