Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Syukur Dapat 10%

Sikap negara-negara anggota OPEC terbagi dua. Indonesia berdiri pada pihak yang menuntut kenaikan harga moderat agar tidak mengganggu perekonomian dunia. (eb)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH harga minyak mentah akan naik? Inilah pertanyaan yang diharapkan akan terjawab dalam konperensi para menteri perminyakan negara OPEC di Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab (UEA) yang dimulai 16 Desember ini. Harga minyak dunia telah dibekukan selama 2 tahun terakhir ini pada tingkat $ 12,70 per barrel (untuk standar minyak ringan Arab Saudi). Dengan alasan inflasi serta turunnya nilai dollar, banyak negara produsen yang menuntut penyesuaian kembali harga. Kembali sikap negara OPEC terbagi dua. Sikap keras yang menuntut kenaikan sampai 25% diwakili Irak, Libia dan Aljazair. Sikap moderat seperti biasa diambil Arab Saudi dan UEA. Iran yang dulu menganut garis keras kali ini tidak banyak bersuara. Mungkin sekali ini karena krisis politik yang sedang dialaminya, yang mengakibatkan produksi minyaknya sejak akhir Oktober merosot sampai 75%. Bisa jadi untuk menutup kerugian ini Iran juga akan mendukung kenaikan harga yang tinggi. Bagaimana Indonesia? "Indonesia mengharapkan dan berusaha untuk dapatnya diadakan penyesuaian harga minyak mentah pada sidang OPEC mendatang," kata Menteri Pertambangan dan Energi Subroto pada Komisi VI DPR awal bulan ini. Tapi penyesuaian itu harus sedemikian rupa hingga tidak mengancam perekonomian dunia yang akhirnya dapat merugikan Indonesia sendiri terutama dalam usaha meningkatkan ekspor non-minyak. Jelas ini sikap moderat: Indonesia mendukung kenaikan, harga tapi tidak drastis. Menurut perhitungan Dana Moneter International (IME), dibanding 1976 waktu harga minyak dunia naik. Inflasi dunia mencapai tingkat sedikit di atas 10%. Sedang nilai dollar dibanding SDR (special drawing right) turun sampai 13%. Hingga penyesuaian harga yang riil adalah antara 20 - 25%. "Jelas Indonesia tidak akan menerima kenaikan setinggi itu, sebab kalau dipaksakan perekonomian kita bisa terganggu," kata Adimir Adin, Sekretaris Ditjen Migas pada TEMPO pekan lalu. Bulan lalu Adimir mewakili Indonesia dalam sidang Economic Commission Board (Dewan Ekonomi) OPEC di Jenewa yang selalu bersidang mendahului pertemuan tingkat menteri. Sikap keras beberapa negara OPEC mungkin karena minyak merupakan sumber satu-satunya devisa mereka. Bagi Indonesia kenaikan harga yang melonjak bisa mengganggu perekonomian dunia yang kemudian bakal mempengaruhi ekspor non-minyak kita. Ini yang ingin dihindari. Semua tahu, akhirnya Arab Saudi sebagai produsen terbesar yang akan menentukan. Bulan lalu Menteri Perminyakan Saudi, Zaki Yamani, mengatakan pada prinsipnya ia menentang tiap kenaikan harga minyak, tapi ia meragukan kemampuan negaranya untuk menawarkan sikap ini pada negara OPEC lain. Isyarat ini berarti: Saudi setuju kenaikan harga. Pekan lalu Yamani berbicara lebih jelas lagi ia bisa menerima kenaikan sampai 8%. Tapi kenaikan itu diingininya dilakukan secara bertahap, pertriwulan atau 6 bulan. Ada yang menganggap kenaikan bertahap itu akan merepotkan. "Sebenar nya tidak sulit. Bagi konsumen yang penting suatu kepastian, hingga mereka bisa mengadakan kalkulasi harga berdasarkan itu dan bisa mengadakan persiapan. Yang mereka hindari kejutan yang membuat kacau perencanaan," kata Adimir Adin. Tampaknya kompromi kenaikan harga moderat yang akan tercapai di Abu Dhabi. Berapa? "Syukur dapat 10%. Bagi kita itu sudah baik," jawabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus