BERUNDING dengan orang Jepang memang mesti tabah. Segalanya begitu alot, dan terus-terusan alot. Lihat saja perundingan antara pihak Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium (NAA) -- keduanya pemegang saham Inalum. Berlangsung dua hari, pada 7 sampai 9 Februari berselang, perundingan terutama menyangkut perubahan pada amandemen perjanjian mduk, master agreement. Para perunding berkutat terutama pada soal pembagian logam (off-take metal) dan penjualannya. Berlangsung di Summitmas Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, kedua pihak setuju untuk memproses lebih lanjut perubahan master agreement itu. Yang belum jelas adalah bagaimana cara melaksanakan perubahan pembagian jatah kedua belah pihak. Tapi pada prinsipnya, kata pejabat MITI yang dihubungi TEMPO di Tokyo NAA tetap bersikukuh dengan pembagian sesuai dengan pemilikan saham, 41: 59. Toh perundingan kabarnya berlangsung dalam suasana ramah tamah, meskipun bukan tanpa perbedaan pendapat. Ini tentu berkat kesepakatan sementara (temporary measure) yang telah dicapai pada perundingan pertama di Kantor Menko Ekuin Radius Prawiro, awal Desember tahun silam. Waktu itu disepakati bahwa Indonesia memperoleh jatah sepertiga produksi sampai Desember 1988, dan baru memperoleh 40% pada Januari 1989. Di samping itu, Indonesia juga boleh mengekspor jatahnya ke negara lain di luar Jepang. Kesepakatan sementara ini sudah dianggap sebagai kemenangan kecil buat Indonesia. Tapi kesepakatan itu belum tentu akan dituangkan secara tertulis dalam perjanjian induk yang akan diperbarui. Misalnya, apakah izin mengekspor aluminium ke luar Jepang itu akan dituangkan secara tertulis atau tidak. Pejabat MITI menduga, NAA akan cenderung setuju untuk tak memakai istilah "kebutuhan dalam negeri Indonesia" dalam perjanjian induk yang baru. Dengan demikian, Indonesia akan leluasa memanfaatkan jatahnya untuk memenuhi konsumsi dalam negeri atau untuk tujuan ekspor. Perundingan babak ke-3 akan dilakukan Maret depan. Pihak NAA menghendaki agar perundingan bisa dilaksanakan di Tokyo, sedang Indonesia tetap ingin berunding di Jakarta. Sementara belum ada kata putus pengapalan ingot ke Jepang sampai kini masih tetap lancar.BA & S. Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini