Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masuknya Boen Dan Suzuki

Perwakilan bank luar negeri di Jakarta, bertambah dua lagi, dari Jepang dan Singapura, keduanya untuk mendukung proyek swasta dan investasi dari negara masing-masing.

21 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESEMPATAN sudah lama tertutup bagi bank asing untuk beroperasi dengan membuka cabang baru di Jakarta. Pemerintah membatasi jumlah kehadiran mereka sampai 10 saja plus satu usaha patungan. Tapi ternyata tidak ada pembatasan bagi perwakilan bank luar negeri. Maka minggu lalu dan minggu ini secara resmi bertambah dua lagi perwakilan itu, masing-masing dari Bank Ekspor-Impor Jepang dan Asia Commercial Banking Corporation Ltd (Singapura). Menjadi 43 sudah jumlahnya. Masih ada lagi sedang menunggu izin masuk. Dari semua yang sudah hadir, mungkin Bank Eks-Im Jepang itu paling menarik. Betul ia sudah berbisnis dengan 123 negara, tapi cuma 12 saja kantor perwakilannya di luar Jepang. Bahwa ia akhirnya juga berkantor di Jakarta, itu membayangkan betapa skala prioritas Jepang sekarang. Jakarta diberinya prioritas, terutama sesudah kesediaannya memberi kredit untuk proyek Asahan dan LNG. Yoshio Suzuki, kepala perwakilan bank itu, mencatat bahwa bagian Indonesia adalah sekitar 10% dari seluruh sisa kredit dan pinjamannya sampai akhir Maret (sekitar $ 12,8 milyar). Jika dihitung keseluruhan kredit yang dijanjikan, maka bagian Indonesia adalah 7%. Dan Indonesia sudah dijanjikannya kredit $ 2 milyar. Jika kredit sudah sebanyak itu, tentu saja bank perlu mengawasi pelaksanaannya dari dekat. Tapi pertimbangannya membuka kantor di sini pasti juga untuk makin menggalakkan ekspor hasil industri Jepang. Kredit biasanya sejalan mendukung ekspor. Bank Eksim adalah bank pemerintah. Sampai tahun 1975 ia juga bertugas menyalurkan kredit pemerintah Jepang untuk Indonesia. Tapi sekarang ada badan lain (OECF) khusus untuk itu. Sedang bank ini sekarang semata-mata mendukung proyek swasta Jepang, baik untuk keperluan ekspor impor maupun investasi. Umpamanya pembangunan tambang (a.l. Inco di Sulawesi Selatan dan Freeport di Irian Jaya) yang hasilnya akan diimpor Jepang mendapat dukungan bank ini. Dari Skyline Building, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, bank ini, seperti dikatakan Suzuki pada TEMPO, pokoknya akan melancarkan deh. Di Jl. Roa Malaka Selatan 12-14, Jakarta-Kota, Asia Commercial Banking Corporation Ltd, suatu bank niaga Singapura, diwakili oleh Boen Kin Kap. Ia juga ingin melancarkan, tapi dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Tidak ada bicara milyar. "Ini cuma pekerjaan orang pensiunan", kata Boen, 63, pada TEMPO. Memang Boen adalah pensiunan dari Lee Wah Bank di Singapura. Dia sudah hampir 40 tahun membina karir di perbankan, antara lain bekerja untuk BNI 1946 di Jakarta pada tahun 1950-an. Kelahiran Bangka, Boen adalah WNI yang bisa membaca koran Cina, tapi juga suka mengingatkan tamunya dia juga lancar bicara Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus