KESEMPATAN sudah lama tertutup bagi bank asing untuk beroperasi
dengan membuka cabang baru di Jakarta. Pemerintah membatasi
jumlah kehadiran mereka sampai 10 saja plus satu usaha patungan.
Tapi ternyata tidak ada pembatasan bagi perwakilan bank luar
negeri. Maka minggu lalu dan minggu ini secara resmi bertambah
dua lagi perwakilan itu, masing-masing dari Bank Ekspor-Impor
Jepang dan Asia Commercial Banking Corporation Ltd (Singapura).
Menjadi 43 sudah jumlahnya. Masih ada lagi sedang menunggu izin
masuk.
Dari semua yang sudah hadir, mungkin Bank Eks-Im Jepang itu
paling menarik. Betul ia sudah berbisnis dengan 123 negara, tapi
cuma 12 saja kantor perwakilannya di luar Jepang. Bahwa ia
akhirnya juga berkantor di Jakarta, itu membayangkan betapa
skala prioritas Jepang sekarang.
Jakarta diberinya prioritas, terutama sesudah kesediaannya
memberi kredit untuk proyek Asahan dan LNG. Yoshio Suzuki,
kepala perwakilan bank itu, mencatat bahwa bagian Indonesia
adalah sekitar 10% dari seluruh sisa kredit dan pinjamannya
sampai akhir Maret (sekitar $ 12,8 milyar). Jika dihitung
keseluruhan kredit yang dijanjikan, maka bagian Indonesia adalah
7%. Dan Indonesia sudah dijanjikannya kredit $ 2 milyar.
Jika kredit sudah sebanyak itu, tentu saja bank perlu mengawasi
pelaksanaannya dari dekat. Tapi pertimbangannya membuka kantor
di sini pasti juga untuk makin menggalakkan ekspor hasil
industri Jepang. Kredit biasanya sejalan mendukung ekspor.
Bank Eksim adalah bank pemerintah. Sampai tahun 1975 ia juga
bertugas menyalurkan kredit pemerintah Jepang untuk Indonesia.
Tapi sekarang ada badan lain (OECF) khusus untuk itu. Sedang
bank ini sekarang semata-mata mendukung proyek swasta Jepang,
baik untuk keperluan ekspor impor maupun investasi. Umpamanya
pembangunan tambang (a.l. Inco di Sulawesi Selatan dan Freeport
di Irian Jaya) yang hasilnya akan diimpor Jepang mendapat
dukungan bank ini. Dari Skyline Building, Jalan M.H. Thamrin,
Jakarta Pusat, bank ini, seperti dikatakan Suzuki pada TEMPO,
pokoknya akan melancarkan deh.
Di Jl. Roa Malaka Selatan 12-14, Jakarta-Kota, Asia Commercial
Banking Corporation Ltd, suatu bank niaga Singapura, diwakili
oleh Boen Kin Kap. Ia juga ingin melancarkan, tapi dalam ukuran
yang jauh lebih kecil. Tidak ada bicara milyar. "Ini cuma
pekerjaan orang pensiunan", kata Boen, 63, pada TEMPO.
Memang Boen adalah pensiunan dari Lee Wah Bank di Singapura. Dia
sudah hampir 40 tahun membina karir di perbankan, antara lain
bekerja untuk BNI 1946 di Jakarta pada tahun 1950-an. Kelahiran
Bangka, Boen adalah WNI yang bisa membaca koran Cina, tapi juga
suka mengingatkan tamunya dia juga lancar bicara Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini