Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ada Apa Masayu ?

PT Masayu bangkrut. Gaji karyawan dibayar secara cicilan. Untuk menyelamatkan perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, terpaksa membentuk tim khusus, boc.

21 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA ada perusahaan mencicil hutang, orang menganggapnya biasa. Bahkan negara pun berlaku demikian terhadap kreditornya. Tapi minggu lalu banyak orang sukar mempercayai berita bahwa PT Masayu, suatu perusahaan nasional yallg demikian besar. telah mencicil upah karyawannya. Mereka yang melintas di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, dan sekilas memandang ke gedung PT Masayu yang bertingkat itu, tentu memperoleh kesan bahwa perusahaan itu masih jaya, apalagi kendaraan selalu ramai diparkir di depannya. Ternyata PT Masayu sedang sakit. Bukan hanya upah karyawan yang dicicilnya, rasionalisasi pun sudah dijalankannya. Sedikitnya 30 karyawan sudah dirumahkannya sejak Desember lalu. Manajemennya telah kacau pula demikian rupa, hingga akhir Maret lalu direksi dan dewan komisaris serta para pemegang saham terpaksa membentuk Bureau of Coltrol (BOC). Tampaknya BOC itu merupakan tim yang berfungsi menyelamatkan perusahaam Terdapat di tim itu 3 komponen - hukum, keuangan dan manajemen Dirut H. Abdul Ghany Aziz, 85, yang selama ini lebih banyak berperan sebagai lambang, kini turun tangan memimpin tim itu. Ali Noor Luddin, salah satu motor utama dalam PT Masayu selama ini, tidak menonjol lagi. Ada apa? BOC, karena sidang yang tak berkesudahan, belum bersedia berceria pada orang luar tentang apa penyakit PT Masayu sesungguhnya. Namun, salah satu penyebab adalah kekurangan modal kerja, sedang kredit tambahan dari bank sukar didapat. Agaknya banh mulai bimbang terhadap PT Masayu pada tahun 1973/74. Ketika itu pemerintah mencabut izin keagenannya untuk mengimpor truk (CKD), mengakibatkan ia tidak lancar mencicil hutangnya pada bank. Hutang pokoknya pada tahun lalu mencapai Rp 2,6 milyar, menurut surat kabar Merdeka akhir minggu lalu, tapi sudah dicicilnya sebanyak Rp 2,1 milyar. "Rescue program dari bank-bank pemerintah sangat diharapkan untuk membantu keuangan perusahaan", kata Djuhara, seorang direkur Masayu pada Adi Putra Tahir dari TEMPO, Diungkapkannya pula hahwa Citibank sudah membantu usaha menyelamatkan Masayu dengan kredit, tapi tak memadai. Bank biasanya bersedia menambah kredit bila dianggapnya kondisi perusahaan tidak terlalu jelek. Adanya tim seperti BOC itu tentu membuat bank mana pun akan berfikir 10 kali. PT Masayu bergerak dalam perdagangan industri, mengimpor alat besar untuk keperluan pertanian, mengageni beberapa fabrikan Eropa dan Amelika. Ia terjun pula di bidang investasi modal. Sebagai usaha pribumi, ia selama ini bisa dibanggakan. Kalau dimintanya program penyelamatan, ini adalah bak kapal yang sedang mengirim S.O.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus