JIKA ada perusahaan mencicil hutang, orang menganggapnya biasa.
Bahkan negara pun berlaku demikian terhadap kreditornya. Tapi
minggu lalu banyak orang sukar mempercayai berita bahwa PT
Masayu, suatu perusahaan nasional yallg demikian besar. telah
mencicil upah karyawannya.
Mereka yang melintas di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, dan sekilas
memandang ke gedung PT Masayu yang bertingkat itu, tentu
memperoleh kesan bahwa perusahaan itu masih jaya, apalagi
kendaraan selalu ramai diparkir di depannya. Ternyata PT Masayu
sedang sakit. Bukan hanya upah karyawan yang dicicilnya,
rasionalisasi pun sudah dijalankannya. Sedikitnya 30 karyawan
sudah dirumahkannya sejak Desember lalu.
Manajemennya telah kacau pula demikian rupa, hingga akhir Maret
lalu direksi dan dewan komisaris serta para pemegang saham
terpaksa membentuk Bureau of Coltrol (BOC). Tampaknya BOC itu
merupakan tim yang berfungsi menyelamatkan perusahaam Terdapat
di tim itu 3 komponen - hukum, keuangan dan manajemen Dirut H.
Abdul Ghany Aziz, 85, yang selama ini lebih banyak berperan
sebagai lambang, kini turun tangan memimpin tim itu. Ali Noor
Luddin, salah satu motor utama dalam PT Masayu selama ini, tidak
menonjol lagi. Ada apa?
BOC, karena sidang yang tak berkesudahan, belum bersedia
berceria pada orang luar tentang apa penyakit PT Masayu
sesungguhnya. Namun, salah satu penyebab adalah kekurangan modal
kerja, sedang kredit tambahan dari bank sukar didapat.
Agaknya banh mulai bimbang terhadap PT Masayu pada tahun
1973/74. Ketika itu pemerintah mencabut izin keagenannya untuk
mengimpor truk (CKD), mengakibatkan ia tidak lancar mencicil
hutangnya pada bank. Hutang pokoknya pada tahun lalu mencapai Rp
2,6 milyar, menurut surat kabar Merdeka akhir minggu lalu, tapi
sudah dicicilnya sebanyak Rp 2,1 milyar.
"Rescue program dari bank-bank pemerintah sangat diharapkan
untuk membantu keuangan perusahaan", kata Djuhara, seorang
direkur Masayu pada Adi Putra Tahir dari TEMPO, Diungkapkannya
pula hahwa Citibank sudah membantu usaha menyelamatkan Masayu
dengan kredit, tapi tak memadai. Bank biasanya bersedia menambah
kredit bila dianggapnya kondisi perusahaan tidak terlalu jelek.
Adanya tim seperti BOC itu tentu membuat bank mana pun akan
berfikir 10 kali.
PT Masayu bergerak dalam perdagangan industri, mengimpor alat
besar untuk keperluan pertanian, mengageni beberapa fabrikan
Eropa dan Amelika. Ia terjun pula di bidang investasi modal.
Sebagai usaha pribumi, ia selama ini bisa dibanggakan. Kalau
dimintanya program penyelamatan, ini adalah bak kapal yang
sedang mengirim S.O.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini