Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Opec Menuju Stockholm. Munhkin Seru OPEC Menuju Stockholm. Mungkin Seru

Menteri Pertambangan Venezuela, Velantin Hernandez, mengunjungi negara-negara OPEC guna melicinkan jalan konperensi di Stockholm. Presiden Carter mengajukan ruu untuk menaikkan harga minyak dalam negeri.

21 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DR Valentin Hernandez, Menteri Pertambangan Venezuela, berkeliling ke negara-negara penghasil minyak OPEC. Dalam rencananya dia akan mengunjungi Nigeria, Lybia dan Aljazair. Wakil tetap Venezuela dalam OPEC itu juga akan mampir ke Arab Saudi untuk berbincang-bincang dengan Sheikh Zaki Yamani. Dia juga akan terbang ke Teheran, ibukota Iran menemui rekannya Dr Yamshid Amouzegar. Tahun lalu yang berbuat begitu adalah Menteri Pertambangan Moh. Sadli selaku Presiden OPEC. Itu terjadi sebelum berlangsungnya konperensi OPEC di Doha, ibukota emirat Qatar -- konperensi yang malangnya melahirkan harga minyak ganda. Agak berbeda dengan misi Sadli, muhibah Hernandez adalah untuk menyampaikan hasil kunjungan presidennya. Adalah Presiden Carlos Andres Perez dari Venezuela yang sebelumnya berkeliling ke negara-negara yang akan dikunjungi Hernandez. Upaya yang dirintis Presiden Perez tak pelak lagi adalah untuk meluruskan jalan sebelum dimulainya konperensi OPEC 12 Juli nanti. Adakah konperensi yang kali ini akan berlangsung di Stockholm, ibukota kerajaan Swedia itu, akan berhasil mencapai keseragaman harga minyak? "Itulah yang menjadi harapan banyak negara OPEC", kata Sadli. Kepada TEMPO pekan lalu, Menteri Sadli menyatakan hasil-hasil yang diperoleh Presiden Perez itu sebagai "baik". Sekalipun dia belum bersedia bicara lebih banyak tentang itu. "Belum waktuslya, tunggu hasil kunjungan Dr Hernandez nanti", katanya. Menyesal, Termasuk Arab Harapan untuk itu bukan tak ada. Seperti kata Menteri Sadli, "semua anggota termasuk Arab Saudi merasa merlyesal". Setidaknya menurut Sadli, "tak ada yang merasa menang, tapi semuanya merasa rugi", sebagai akibat adanya harga ganda itu. Di samping harga Arab Saudi yang cuma naik 5% dan harga non-Saudi yang meningkat 10%, di pasaran minyak juga timbul harga ketiga, yaitu minyak Afrika. Seperti halnya minyak Indonesia, maka minyak Aljazair, Nigeria dan Lybia merupakan minyak ringan yang berkadar belerang rendah. Jenis ini banyak diminta di daratan Eropa dan Amerika karena kwalitasnya. Juga karena alasan geografis mengingat letak Afrika yang lebih dekat ke Eropa. Berbeda dengan Jepang, maka penyulingan minyak di Eropa dan AS belum diperlengkapi dengan alat penyaring belerang (desulfunsasil). Maka minyak Afrika seperti juga minyak Indonesia masih punya pasaran yang kuat. Bedanya adalah: harga minyak Afrika yang kini punya jenis premium sedikit lebih tinggi di pasaran. Tapi akhir-akhir ini, setelah meredanya musim dingin yang dahsyat di AS dan Eropa, permintaan akan minyak terasa menurun sedikit demi sedikit. Dapatkah negara-negara penghasil minyak mempertahankan harganya yang sekarang? Akan mampukah mereka menaikkan harga di bulan Juli nanti sesuai dengan perjanjian di Doha? Tentang yang pertama, agak mudah diduga harga yang berlaku sekarang minimal akan dipertahankan. Sekalipun masih ada kekhawatiran bahwa Arab Saudi akan bertahan pada tingkat harga mereka yang sekarang. Suara dari Saudi memang belum terdengar nyaring. Tapi melihat sikap Yamani yang ngotot ketika di Bali dan Qatar, bukan mustahil Arab Saudi bakal tarik urat lagi. Sekalipun produksi minyak Saudi yang 8,5 juta barrel sehari itu sedikit terganggu gara-gara kebakaran besar di salah satu ladang terbesar di Abqaiq pekan lalu -- dan sempat membuat goncang nilai yen di bursa saham Jepang -- musibah itu menurut pimpinan maskapai minyak Aramco akan sedikit mengurangi ekspor minyak mereka. I,adang Abqaiq - yang mtuk sementara ditutup - menghasilkan sekitar 875.000 harrel sehari: 10% dari seluruh produksi Arab Saudi. Indoesia-Kuwait Sama Indonesia yang akan diwakili oleh Menteri Sadli dalam pertemuan di Stockholm nanti, boleh dibilang seirama dengan Kuwait. Tapi lebih maju sedikit Sadli melihat akan terjadinya suatu take and give dalam konperensi di Stockholm. Dengan kata lain, Arab Saudi akan terpaksa - demi kesatuan OPEC menaikkan harga minyaknya. Tapi di pihak lain, para anggota yang lain barangkali harus menekan keinginannya untuk menaikkan tambahan yang 5% lagi itu. Bagaimana persisnya komposisi harga yang bakal tercapai memang harus ditunggu. Tapi, seperti kata Sadli "hasil di Stockholm nanti kira-kira akan moderat". Sementara itu, apa yang mungkin masih "dirahasiakan" Menteri Sadli terungkap juga dalam Middle East Economic Survey akhir pekan lalu. Mengutip sumber-sumber OPEC, buletin minyak yang berwibawa itu mengatakan tak kurang dari 11 anggota OPEC telah memutuskan untuk membatalkan tambahan kenaikan yang 5%, yang sedianya mulai berlaku 1 Juli nanti. Tak disebutkan apakah Arab Saudi sudah merasa puas dengan sikap 'mundur' ke-11 rekannya itu. Tapi Menlu Kuwait Sheikh Sabah Al Jaber - yang minggu lalu menjadi tamu Menlu Adam Malik di Jakarta - selepas bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha menaruh harapan baik untuk pulihnya kesatuan harga minyak. "Itu tak berarti mengurangi kenaikan harga 10% sekarang ini", katanya. Perkembangan selanjutnya sebelum para wakil OPEC berangkat ke Stockholm itu akan lebih jelas lagi dalam bulan Juni ini. Antara jarak waktu tersebut akan lebih kelihatan apakah OPEC sudah siap untuk melaksanakan rujuk harga itu. Kalau tidak, bisa dipastikan bahwa pertemuan di negeri pemberi hadiah Nobel itu bakal seru lagi. Carte Juga Menaikkan Namun begitu, yang agaknya tak bisa diingkari Arab Saudi adalah ini: Bahwa perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan perlunya kenaikan harga minyak lagi. Presiden Jimmy Carter - yang di London bersepakat bersama ke-enam negara industri lainnya untuk melancarkan penghematan enerji (baca: minyak) - baru saja mengajukan rancangan UU untuk menaikkan harga minyak dalam negeri. AS sadar minyak sebagai barang yang langka. Maka harganya pun oleh Carter dipandang harus mencerminkan cadangan yang ada. Jadi kebijaksanaan harga minyak yang tinggi itu antara lain bermaksud agar rakyat di AS lebih berhemat lagi dalam penggunaan bahan bakar minyak. Apabila UU tersebut jadi disahkan oleh Kongres, itu akan punya pengaruh yang cukup besar terhadap struktur harga yang dipasang OPEC. Dengan begitu negara anggota OPEC di luar Arab Saudi - yang selalu menghendaki harga yang lebih tinggi - seperti mendapat angin dari Carter. Dengan tindakannya itu, Presiden Carter dengan tak sengaja sudah menciptakan semacam 'harga lantai' di bawah mana harga minyak OPEC tak boleh turun lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus