SUATU lompatan ke depan oleh para kontraktor Indonesia mungkin
segera terjadi di Saudi Arabia. Mulai tahun lalu cuma sejumlah
proyek kecil-kecilan, keseluruhan masih sekitar US $36 juta,
yang diraih sebagai sub-kontraktor. Kini tampaknya angka itu
akan bisa melonjak ke US$500 juta karena bertambah penawaran
kerja.
Pukulan besar sedang dibidik oleh PT Pembangunan Jaya, yaitu
untuk dua proyek gelanggang olahraga, masing-masing di Mekah dan
Medina, yang meliputi US$300 juta. Garansi bank sebesar US$30
juta (10%) yang diperlukannya sudah disetujui oleh Bank Dagang
Negara. Bank pemerintah belakangan ini sangat menunjang dan
bergerak cepat untuk membantu memenangkan kontrak konstruksi di
Saudi. Garansi, bidbond, performance bond dan kredit apa lagi
maunya--kontraktor nasional dijamin bisa memperolehnya tanpa
rewel.
"Sampai taraf permulaan ini saya sudah gembira," kata Dir-Ut ir.
Ciputra dari PT Pembangunan Jaya tentang proses membidik proyek
besar itu. "Kalau bukan keduanya (gelanggang olahraga itu), satu
proyek rasanya akan dapat dimenangkan."
Jika berhasil dimenangkan, PT Pembangunan Jaya ini akan naik
kelas sebagai kontraktor penuh. Sekarang dalam kerja menggusur
bukit berbatu di Mina, statusnya di mata orang Saudi baru
sebagai sub-kontraktor saja.
Kalau mau proyek kecil-kecil saja seperti PT Bangun Cipta
Sarana, kontraktor Indonesia pun bisa laku. Dir-Ut ir Siswono
Judo Husodo mengatakan perusahaan konstruksinya mencari kontra
maximum USS10 juta per proyek. Kini ia mengerjakan dua proyek
dapur penjara di Mekah dan Jeddah dan fasilitas olahraga untuk
tentara di Riyadh.
PT Bangun Cipta Sarana membangun satu konsorsium bersama PT
Pembangunan Perumahan dan PT Permai Housing yang juga
mengerjakan perumahan swasta di Jeddah. Mereka telah mengikuti
tender untuk 7 proyek lainnya.
Jarang Mandi
Selain itu, PT Elnusa sudah mulai pula di sana mengerjakan
proyek patungan dengan Harris & Co. untuk telepon dalam mobil.
PT Elnusa dan PT Zest di bidang telekomunikasi juga telah
mengikuti tender dan sedang menggarap untuk memenangkan sejumlah
proyek lain. Dari Jakarta, terdapat pula PT Teknik Umum, PT Kadi
International dan PT Moeladi yang sedang mencari kerja di Saudi.
Tak kurang dari 3000 tenaga kerja yang diekspor dari Indonesia
untuk itu. Pemakaian tenaga kerja Indonesia diduga akan cepat
meningkat. Tapi para kontraktor Indonesia mulai merasakan
kesulitan untuk membawa tenaga kerja sendiri. Ada persyaratan
resmi di Jakarta, umpamanya, supaya tenaga kerja disediakan
perumahan, dan dibayar sepatutnya.
Di Saudi, kontraktor tamu lainnya bisa menempatkan tenaga
kerjanya di bawah tenda saja, dan tidak menghabiskan banyak air
karena jarang mandi. Air mahal di sana. Tenaga kerja Korea
Selatan yang trampil, umpamanya, bergaji US$500 (bersih)
sebulan, sedikit tinggi di atas skala upah yang dibayar oleh
kontraktor Indonesia. Tapi upah tenaga Indonesia pada hakekatnya
lebih mahal, berhubung jumlah jam kerjanya lebih sedikit dan
tingkat kemampuannya belum seimbang
Namun kontraktor Indonesia berkewajiban membawa tenaga kerja
sendiri.Ekspor jasa konstruksi justru sekaligus bertujuan
mencari tempat latihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini