PEMBENTUKAN Pasar Tunggal Eropa (MEE) masih tiga tahun lagi, tapi PM Belanda Ruud Lubbers sudah sejak dini melapangkan jalan ke sana. Dalam kunjungannya selama lima hari ke Indonesia pekan silam, Lubbers datang bersama 17 orang pengusaha, mewakili sektor pertanian, industri, perdagangan, dan perbankan. Bersama mereka, PM Belanda itu membawa misi dagang: menawarkan pelabuhan Rotterdam dan bandar udara Schiphol sebagai gerbang masuk ke pasar tunggal Eropa 1992. Tawaran itu disampaikan langsung oleh PM Lubbers kepada para pengusaha maupun intelektual Indonesia di Universitas Gadjah Mada. Sementara itu, para pengusaha berdialog secara intensif dengan beberapa pejabat Ekuin, yang berlangsung dalam satu seminar di Erasmus Huis, Jakarta. Dalam seminar itu, selama dua hari pertama para pengusaha Belanda meminta penjelasan tentang situasi perkembangan ekonomi Indonesia. Lalu, mereka memperlihatkan peluang-peluang untuk meningkatkan ekspor nonmigas ke Eropa, tentu saja lewat Rotterdam atau Schiphol, Amsterdam. Seorang pembicara yang cukup blak-blakan adalah Roel den Dunnen, wakil wali kota urusan ekonomi dan pelabuhan Rotterdam. Kehebatan Belanda dalam angkutan niaga, dan distribusi, yang sudah terbentuk selama berabad-abad, konon tak perlu diragukan lagi. "Hal itu tak perlu saya jelaskan lagi," ujar Roel. Ia kemudian menawarkan Rotterdam sebagai gerbang yang memiliki berbagai keunggulan. Dari Rotterdam, barang barang dagangan bisa diangkut dengan armada sungai, kereta api, truk, dan pesawat terbang ke berbagai penjuru Eropa. Tampaknya, Roel juga sudah menganalisa produk-produk apa yang bisa dipasarkan lewat Rotterdam. Selain barang tradisional masih banyak produk industri Indonesia bisa dijual di sana yang berpenduduk lebih dari 300 juta dan berpenghasilan rata-rata relatif tinggi itu. Roel menyebutkan antara lain ban, sepatu olahraga, bola tenis, sarung tangan, kayu lapis, mebel, produk-produk tekstil, dan hasil industri agribisnis. "Yang penting, produk-produk yang akan dijual itu bisa memenuhi kepuasan konsumen dalam hal harga, mutu, dan pelayanan." tambah Direktur Pelabuhan Amsterdam, Kees d'Angremond. Untuk itu, Belanda juga telah menawarkan pendidikan setahun di Belanda kepada 10 orang, untuk mempelajari distribusi dan pemasaran di Eropa. "Hal itu sudah kami bicarakan dengan Frans Seda," kata C. van Veen, bekas Menteri Pendidikan Belanda yang menjadi ketua delegasi itu. Selain itu, menurut Meneer van Veen, yang kini menjabat Ketua Asosiasi Nederland Indonesia di Belanda, para pengusaha yang datang ini juga mencari peluang-peluang untuk investasi. "Deregulasi 27 Oktober itu, misalnya, jelas telah membuka peluang bagi beberapa bank Nederland untuk meningkatkan usahanya di sini," katanya. Kedatangan PM Ruud Lubbers dianggap "membawa teknologi dan pendanaan bagi, penembanan industri kita," seperti dikatakan pengusaha kapal Soedarpo Sastrosatomo, yang memimpin seminar di Erasmus Huis itu. Sebagai bos PT Samudera Indonesia, Soedarpo mengakui bahwa Belanda mempunyai banyak keunggulan dalam angkutan dan perdagangan. "Dahulu ada anggapan bahwa setelah Indonesia lepas dari Belanda, negeri itu bakal hancur. Nyatanya, sampai sekarang mereka terus maju," kata Soedarpo. Tapi Soedarpo menolak kalau semua produk ekspor Indonesia ke Eropa harus melalui Belanda. "Indonesia kan sudah mempunyai perusahaan distribusi seperti Indoham di Hamburg," kata Soedarpo. MW, BA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini