SEPANJANG tahun sadar wisata ini, bisnis hotel tumbuh subur di Bali. Hotel Nusa Dua, yang dibangun dengan investasi US$ 45 juta pada 1982, kini laku dijual dengan harga US$ 130 juta. Ini berarti, hotel berkamar 420 milik Garuda Indonesia itu, dalam enam tahun, nilainya sudah melejit tia kali lipat. Kendati belum terjadi transaksi, "prinsip jual beli sudah disepakati," kata Soenarjo, Direktur Niaga Garuda Indonesia. Pembelinya? Siapa lagi kalau bukan Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei. Sejak medio tahun ini, dia memang santer disebut-sebut akan membeli hotel itu. Sekalipun pemiliknya sudah berpindah tangan, toh Nusa Dua masih tetap dikelola PT Aerowisata, anak perusahaan Garuda Indonesia. "Ini penting, untuk menjual paket turis. Kami masih bisa mengendalikan jumlah kamar untuk penumpang Garuda," ujar Soenarjo lagi. Persis di sebelah Hotel Nusa Dua, kini Garuda juga sedang giat membangun Nusa Indah Hotel, yang nilai investasinya sekitar US$ 75 juta. Pembangunan hotel berkamar 400 ini direncanakan rampung akhir tahun depan. "Tapi penyertaan modal Aerowisata kecil, kok," kata Soenarjo mengelak. Selain itu, PT Aerowisata juga mendapat order mengelola Hotel Kartika Plaza di Kuta, Bali. Kartika Plaza kini sedang dalam perbaikan, untuk ditingkatkan menjadi hotel berbintang empat. Hotel milik Inkopad ini, yang semula berkapasitas 200 kamar kelak akan mekar jadi 400 kamar. Renovasinya menghabiskan Rp 65 milyar, dan diperkirakan selesai tahun depan. "Ini merupakan kehormatan buat Aerowisata, karena mendapat kepercayaan dari Inkopad," ujar Soenarjo. Berapa fee yang bakal diterima PT Aerowisata? "Ini rahasia perusahaan. Tentu ada formulanya, entah dari omset atau dari profit yang didapat." Bali kini memang kembali dilirik investor hotel. Boleh jadi, karena semakin meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke sana. Tahun lalu saja, sekitar setengah juta turis mampir ke pulau itu. Atau hampir separuh dari jumlah turis yang mampir ke Indonesia tumplek di Pulau Dewata. Tahun depan, pengusaha perhotelan Pontjo Soetowo bahkan meramalkan akan datang 2 juta wisatawan ke Bali. "Karena itu, membangun hotel di Bali belum jenuh," kata Ketua Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) itu. Pontjo, pemilik Hotel Hilton Jakarta itu, juga menggebu membangun hotel di Bali. Di kawasan Nusa Dua dia akan mendirikan Hotel Hilton berkamar 640. Investasi yang ditanamkan sekitar US$ 70 juta. Di Nusa Dua, kelak akan berjejer hotel mewah seperti Sheraton, Barong Bali, dan Hyatt, yang mendampingi Hotel Hilton, Hotel Nusa Dua, dan Nusa Indah Hotel. Pemda DKI Jaya juga tak mau ketinggalan. Di atas tanah milik Pemda DKI Jaya seluas 2,2 ha di kawasan Kuta, tak lama lagi bakal berdiri hotel berbintang tiga dengan kapasitas 110 kamar. Kamis pekan lalu, Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto menandatangani Memorandum of Understanding selaku komisaris PD Wisata Niaga Jaya milik Pemda DKI Jaya -- dengan PT Surya Hotel, yang ditunjuk untuk membangun hotel itu. Pembangunannya menelan biaya sekitar Rp 6,3 milyar, yang didapat dari kredit Bank Duta. "Dalam 7 tahun utang bakal lunas," janji Rayadi Iskandar Di Nata, Dirut PT Surya Hotel. Pada tahun ketiga, DKI Jaya juga sudah bisa menikmati laba. Proporsi pembagiannya, sekitar 35% untuk PD Wisata Niaga Jaya, dan 65% untuk PT Surya Hotel. Setelah 20 tahun, hotel ini barulah dimiliki sepenuhnya oleh PD Wisata Niaga Jaya. Di Bali, prospek hotel berbintang tampaknya akan tetap cerah, kendati hotel bintang dua dan losmen juga tak kekurangan tamu. "Sekarang ini di Singapura tarif hotel melonjak sampai 100 persen. Padahal, jarak Singapura dan Bali kan tak terlalu jauh. Maka, dampak kenaikan tarif di Singapura pasti akan terasa juga di Bali," kata Tommy Raka, Ketua PHRI Bali, penuh harap. AKS, Linda Djalil, Ardian T. Gesuri (Jakarta), dan I N. Wedja (Denpasar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini