HALLO, ada kabar baik buat PT Inti di Bandung. Badan usaha
milik negara yang memenangkan tender pemerintah Yordania itu,
mulai November, secara berangsur akan mengirimkan 100 ribu
pesawat telepon bernilai US$ 5,4 juta ke negara tadi. Kemenangan
Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) tadi kabarnya diperoleh
melalui suatu tender berat menghadapi 16 pembuat telepon
terkemuka lainnya.
Pengujian terhadap mutu pesawat telepon peserta tender pun
dilakukan cukup ketat. Untuk membuktikan pesawat telepon bikinan
Inti itu terbuat dari bahan plastik baik, konsultan pemerintah
Yordania dari Inggris menjatuhkan alat itu dari suatu
ketinggian, dan syukur tak pecah. Kemenangan pada tender itu
dengan kata lain, menurut Muchtil Junus, direktur utama Inti,
merupakan bukti produksi perusahaannya memenuhi persyaratan
Komite Internasional untuk Konsultasi Telepon dan
Telegraf(CCITT).
Bagi Inti sendiri, kemenangan di Yordania tadi selain
menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri, juga memberi angin
segar bagi kelangsungan usahanya. Maklum, belum lama ini
perusahaan itu agak oleng ketika mendadak pemerintah membatalkan
130 ribu pesawat telepon pesanannya. Pembatalan itu, menurut
Junus, dilakukan pemerintah sesudah perusahaan yang dipimpmnya
itu meminta kenaikan harga 20% di atas nilai kontrak Rp 7 milyar
akibat devaluasi. Penyesuaian memang diperlukan mengingat hampir
70% komponen teleponnya masih harus diimpor.
Syukur, kata Junus, di masa resesi ini Inti masih bisa meraih
angka penjualan cukup tinggi. Jika tahun lalu angka penjualan
perusahaan itu hanya Rp 9 milyar (dengan produksi 100 ribu
telepon), tahun ini direncanakan mencapai Rp 11 milyar, dengan
produksi 275 ribu telepon. Dia memperkirakan keuntungan
perusahaan tahun ini akan meningkat 5-6% di atas laba tahun
lalu.
Lebih dari 90% produksi Inti, seperti stasiun bumi kecil (SBK),
sambungan telepon kendaraan bermotor, radio sonde, pesawat
telepon, sentral telepon digital, dan peralatan radio pantai,
dipasarkan ke sektor pemerintah. Jadi, tak heran jika perusahaan
ini sangat peka menghadapi perubahan beleid moneter pemerintah,
seperti devaluasi Maret lalu. Toh sejauh ini Junus belum merasa
khawatir, porsi pasar terbesarnya itu bakal menciut.
Kendati demikian, Inti, yang tahun lalu mendapat pesanan
mengerjakan 6 SBK di Malaysia dengan nilai US$ 1,9 juta, tetap
berusaha juga mengincar pasar luar negeri. Di Yordania itu pula,
hari-hari ini Inti tengah mengincar proyek pendirian perakitan
pesawat telepon, pembangunan sistem PABX, dan telepon digital.
November depan, pembangunan sistem PABX dan telepon digital itu
akan ditenderkan.
Produk utama Inti, yang diresmikan sebagai pesero penuh pada
Desember 1974 ini, adalah telepon jenis nomor putar dan tekan
tombol yang rata-rata dijual Rp 60 ribu per unit. Kini
perusahaan yang mempekerjakan 824 karyawan itu - 56 di antaranya
sarjana elektroteknika - berharap bisa menambah modalnya untuk
mengembangkan usaha. Tambahan modal ini, menurut Junus,
diharapkan datang dari pemerintah yang telah menempatkan duitnya
Rp 900 juta. Tapi permintaan itu, di saat sumber dana kami
makin terbatas, agaknya tak mudah diperoleh. Hanya dari
penyisihan keuntungan sajalah, Inti tampaknya bisa menambah
modalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini