Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menanti Juragan Minyak Bersidang

Desakan penurunan harga bensin kian kuat seiring dengan anjloknya harga minyak dunia. Pemerintah mengumbar janji bakal menurunkan harga bensin tahun depan. Tapi rencana OPEC memangkas produksi bisa kembali serius mengancam.

15 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATA dunia mengarah ke Oran, Aljazair, hari-hari ini. Kota di tepi Laut Tengah itu akan menjadi tuan rumah sidang ke-151 Organisasi Negara Pengekspor Minyak alias OPEC, 17 Desember 2008. Pertemuan ini sangat ditunggu bukan hanya oleh para pelaku pasar, tapi juga pemerintah di seluruh dunia.

Pertemuan Oran diyakini menjadi penentu pergerakan harga minyak dunia tahun depan. Sebab, kartel minyak itu mengisyaratkan akan memangkas produksi 1,5-2 juta barel per hari. Langkah ini demi mengerek harga yang sebulan terakhir nyungsep di level US$ 40-50-an per barel. Ini posisi terjun bebas dari harga di awal tahun yang US$ 90 per barel dan Juli lalu yang melambung di US$ 145 per barel. Para juragan minyak tentu tidak happy dengan keuntungan yang mengempis begitu drastis.

Posisi OPEC memang amat penting. Kelompok ini menguasai 40 persen pasokan minyak global. Presiden OPEC Chakib Kholil, yang juga Menteri Perminyakan Aljazair, menegaskan bahwa forum Oran bertujuan membuat pasar stabil. ”Akan ada konsensus untuk itu,” kata dia, Kamis pekan lalu.

Melambatnya perekonomian dunia telah menyulitkan posisi kartel dalam mengatur keseimbangan pasokan dan permintaan. Konsumsi minyak Amerika turun 2,5 juta barel per hari. Cina, di luar dugaan, juga melempem. Pertumbuhan ekonominya turun dari 11 ke 6 persen. Konsumsi dunia yang normalnya mencapai 87 juta barel per hari kini melorot hingga tinggal 83,5 juta barel per hari. Walhasil, bagi OPEC, tak ada pilihan selain memangkas produksi.

”Beberapa negara tidak dapat menjual minyak,” kata Chakib Khelil. ”Pasar masih kelebihan suplai.” Memangkas produksi rasanya bakal menjadi senjata ampuh bagi OPEC untuk mengerek kembali harga. Raja Saudi Abdullah mengatakan harga minyak mentah yang layak adalah US$ 75 per barel.

OPEC sekarang pun lebih kompak. Negara-negara Teluk—Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab—yang biasanya membela kepentingan Amerika sebagai konsumen terbesar dunia, mulai bergeser. Anggota OPEC lain, Iran, Venezuela, dan Aljazair, telah lama mendorong pemotongan produksi.

Nah, dengan kuatnya sinyal pemangkasan kuota produksi, lonjakan harga minyak pada 2009 adalah keniscayaan. Terlebih karena produsen di luar kartel pun bersikap sama. Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan negerinya siap bekerja sama dengan OPEC demi mendongkrak harga minyak. Jelas ini situasi serius. Posisi Rusia setara dengan Arab Saudi, produsen terbesar OPEC, yang saban hari menghasilkan 9 juta barel minyak.

l l l

Selagi OPEC berembuk, anjloknya harga minyak dunia membuat desakan penurunan harga bensin di dalam negeri makin kuat. Apalagi negara tetangga sudah lebih dulu beraksi.

Malaysia, misalnya, sudah enam kali mengoreksi harga sejak Juli lalu. Terakhir, 3 Desember lalu, bensin beroktan 92 turun dari 1,9 ringgit menjadi 1,8 ringgit per liter (sekitar Rp 5.540). Bensin jenis oktan 97 turun dari 2 ringgit menjadi 1,9 ringgit per liter (Rp 5.850 per liter). Sebagai perbandingan, produksi PT Pertamina, yakni Pertamax beroktan 92 saat ini Rp 6.500, dan Pertamax plus beroktan 95 Rp 6.800.

Pemerintah Filipina pun melakukan hal serupa, meskipun tak seagresif Kuala Lumpur. Perusahaan pemasok bensin di negeri itu, Seaoil Philippines Inc. dan Eastern Petroleum Corp., memangkas harga 3 peso untuk solar dan 1 peso untuk minyak tanah. Saat ini harga bensin di Filipina 34,46-40,60 peso (sekitar Rp 7.850-9.250) per liter. Harga solar 32-36,48 peso atau sekitar Rp 7.300-8.300 tiap liter.

Bagaimana dengan Indonesia? Janji peluang penurunan harga bensin sudah mulai berkibar. Sebelumnya, 1 Desember 2008, harga bensin premium telah diturunkan dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500 per liter.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri yang menebar janji itu, dua pekan lalu. Departemen Keuangan dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, menurut dia, sedang cermat menghitung peluang mengoreksi harga premium. ”Kalau memungkinkan, solar juga,” kata Yudhoyono.

Menurut Presiden, rencana penurunan adalah konsekuensi turunnya harga minyak dunia. Situasi yang sama terjadi sewaktu pemerintah menaikkan harga bensin pada September lalu, tatkala harga minyak dunia melonjak. ”Ketika crude oil kembali murah, kewajiban pemerintah secara rasional untuk menurunkan harga,” kata Yudhoyono. Ia berharap, kebijakan ini akan menjadi stimulus bagi sektor riil.

Wakil Presiden Jusuf Kalla tak mau ketinggalan. Dia mengumbar janji serupa. Malah, kata Kalla, penurunan harga bisa segera terwujud. ”Nanti Januari-lah,” ujarnya. Menurut Kalla, ada tiga hal yang menjadi penentu harga bensin, yakni harga minyak dunia, kurs rupiah terhadap dolar Amerika, dan anggaran subsidi.

Mari kita simak pergerakan harga minyak dunia. Akhir pekan lalu, Bloomberg melaporkan, harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari ditutup turun US$ 3,13 ke posisi US$ 44,85 per barel di bursa New York. Minyak Laut Utara brent untuk pengiriman Januari pun melorot US$ 3,21 menjadi US$ 44,18 per barel di bursa London.

Namun itu urusan pekan lalu. Tiap saat situasi bisa berubah. Pertemuan Oran bukan mustahil bakal membuat harga minyak merambat naik. Clarence Chu, trader di Hudson Capital Energy, Singapura, mengatakan para pelaku pasar tidak ingin mengambil risiko dengan meruapnya sentimen negatif pemangkasan kuota produksi minyak. ”Banyak hal akan bergantung pada pertemuan OPEC,” katanya.

Selanjutnya soal kurs. Analis BNI Sekuritas Norico Gaman memperkirakan rupiah akan berada pada kisaran Rp 10 ribu per dolar Amerika tahun depan. Bila harga komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar dunia menguat pada semester kedua 2009, kurs bisa mencapai Rp 9 ribuan. Sebab, nilai tukar sangat bergantung pada pendapatan ekspor. Intinya, ekspor kuat, cadangan devisa menebal, dan BI makin kukuh menjaga kurs.

Sebaliknya, Norico menambahkan, kalau harga komoditas andalan ekspor terus melemah, kita akan sulit memperoleh cadangan devisa yang optimum. Akibatnya, ”Untuk menjaga stabilitas kurs, harus melalui pinjaman bilateral atau multilateral,” kata Norico. Pinjaman di masa krisis tentu susah dicari, dan kalaupun ada berbunga tinggi.

Subsidi yang mesti ditanggung pemerintah juga bukan urusan gampang. Paling tidak 25 persen kebutuhan BBM di negeri ini masih harus diimpor. Jika harga minyak dunia melonjak, jumlah subsidi pun membengkak.

Tahun ini saja, menurut Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Herry Purnomo, realisasi subsidi bensin telah melampaui bujet. Per 5 Desember, dari pos subsidi Rp 126,8 triliun, yang sudah dikeluarkan untuk subsidi bensin telah mencapai Rp 130,7 triliun. Subsidi listrik malah sudah jauh melampaui pagu, yakni Rp 73,3 triliun. Padahal jatahnya Rp 60,3 triliun.

Dengan berbagai kondisi di atas, adakah Indonesia mampu menurunkan harga bensin?

”Bisa,” kata Kurtubi, pengamat perminyakan, dengan yakin. Harga bensin, menurut dia, bisa dipangkas Rp 1.000, menjadi Rp 4.500 per liter. ”Itu harga tertinggi untuk premium maupun solar,” katanya. Alasannya, kata Kurtubi, biaya pokok produksi plus PPN dan margin distribusi adalah Rp 4.200-4.300 per liter. Angka itu didasarkan atas asumsi harga minyak dunia US$ 45 per barel atau ICP US$ 40-an.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Legowo punya data lain tentang ongkos produksi. Memang, ongkos produksi bensin saat ini Rp 4.200 per liter, dengan asumsi ICP US$ 40-an. Tapi, bila ditambah margin distribusi dan pajak, ongkos produksi menjadi Rp 5.000-an.

Soal harga baru tahun depan, berbagai skenario masih dibahas. ”Simulasi yang kami lakukan bersama Departemen Keuangan belum selesai,” katanya. Meskipun demikian, menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu, sebetulnya sederet skenario penurunan harga bensin telah siap. ”Tinggal menunggu pembahasan di sidang kabinet,” katanya.

Evita mengakui, membuat formulasi harga baru amat rumit. Ada beberapa faktor yang mesti diakomodasi. Misalnya pemerintah ingin mendekatkan dengan harga pasar. Tapi hal itu pun tidak bisa diterapkan total, karena akan ada batas atas, untuk mengantisipasi bila harga kembali melonjak seperti pada Juli 2008. Pemerintah juga akan meninjau ulang harga per bulan, disesuaikan dengan harga minyak yang sangat fluktuatif.

Formula tersebut tidak mengacu pada harga keekonomian tetapi lebih didasarkan pada ICP. Departemen Energi mencatat, rata-rata ICP tahun ini masih US$ 96,88 per barel, lebih tinggi dari asumsi APBN Perubahan 2008 yang US$ 95 per barel.

Sumber Tempo mengatakan ada beberapa poin yang sulit diputuskan dalam penentuan harga. Misalnya, apakah premium saja yang akan dilepas mengikuti harga pasar, sementara harga solar dan minyak tanah dijaga. Lantas, apakah harga pasar cuma diterapkan bila harga minyak dunia rendah. Sebaliknya, bila harga tinggi, digunakan batas atas, sisanya disubsidi.

Solusi yang berbeda datang dari Norico Gaman. Penurunan harga minyak dunia saat ini sebetulnya momentum yang tepat untuk berangsur menghilangkan subsidi. Harga BBM biarlah mengikuti harga pasar. Dengan melepas subsidi, masyarakat dipaksa bertanggung jawab karena sadar setiap kali harga minyak dunia bisa naik.

Retno Sulistyowati, Ismi Wahid, Amandra Mustika Megarani, Gunanto E.S.

Para Juragan Minyak Dunia (barel per hari)

  • Norwegia: 2.786.000
  • Aljazair: 2.122.000
  • Nigeria: 2.443.000
  • Irak: 2.008.000
  • Kuwait: 2.675.000
  • Iran: 4.148.000
  • Uni Emirat Arab: 2.945.000
  • Arab Saudi: 10.665.000
  • Rusia: 9.677.000
  • Cina: 3.845.000
  • Kanada: 3.288.000
  • Amerika Serikat: 8.330.000
  • Meksiko: 3.707.000
  • Brasil: 2.167.000
  • Venezuela: 2.803.000

Sumber: Energy Information Administration, 2008

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus