SEPERTI mau menghindari angka sial Gedung Bursa yang dulu
terletak di Jalan Merdeka Selatan 13, Jakarta, sekarang
menempati nomor 14, berlantai 3. Ruangan call-nya kelihatan
mewah dibatasi dinding-dinding kaca. Di sekelilingnya tergantung
memanjang papan tulis hitam tempat catatan kurs yang terjadi
pada hari bursa.
Gedung bursa yang diresmikan Menteri Keuangan tanggal 30
Oktober ini - agaknya akan menampung kegiatan yang makin
meningkat. Januari mendatang misalnya dari sini akan dipasarkan
obligasi rumah. Bank Tabungan Negara (BTN) akan menawarkan
obligasi yang harganya berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000
selembar. "Dana dari msyarakat ini akan dipakai untuk membangun
perumahan murah," urai Prayogo Minhad, Dir-Ut BTN.
Sebenarnya dana yang diperoleh BTN dari pemerintah cukup
besar. Antara lain bersumber dari Tabanas, penyertaan modal
pemerintah (PMP) dan kredit likwiditas dari Bank Indonesia.
Sejak Desember 1976 sampai Juni 1980 kredit pemilikan rumah yang
dikeluarkan BTN berjumlah Rp 39,2 milyar dengan jumlah rumah
16.936 buah.
"Kendati dana yang tersedia sudah cukup besar, kami
memerlukan dana yang lebih besar lagi," kata orang pertama BTN
itu. Untuk tahun 1981 BTN merencanakan kredit pemilikan rumah Rp
83 milyar. Atau hampir 2 kali lipat dari seluruh dana yang
dikeluarkan BTN selama 3 1/2 tahun. Kalau dihitung dari jumlah
rumah maka dana itu akan mampu menyediakan 30.000 unit rumah.
Kalangan BTN sendiri belum berkenan menyebutkan berapa besar
dana yang di- harapkan mengalir dari obligasi di Pasar Modal.
Tapi dari J.A. Turangan, Ketua Badan Pelak6ana Pasar Modal
(Bapepam) diperoleh isyarat jumlahnya mencapai Rp 25 milyar
Jangan Terulang
Obligasi, atau surat pengakuan utang pada masyarakat itu,
jangka waktunya menurut kabar minimal 3 tahun. Dengan imbalan
bunga yang menarik tentunya. "Untuk menggiurkan masyarakat
kemungkinan obligasi itu berhadiah. Sedang bunganya harus lebih
tinggi dari bunga deposito berjangka bank pemerintah," kata
Turangan.
Sekarang ini deposito berjangka 2 tahun berbunga 15% per
tahunnya untuk jumlah sampai dengan Rp 2 1/2 juta. Lebih dari
jumlah itu 12%. Kalau jangka waktunya 1 tahun bunganya 9%.
"Obligasi itu baru menarik jika bunganya sekitar 13 sampai 14%
per tahun," ulas J.A. Sereh, Dir-Ut PT Danareksa. Akan lebih
merangsang lagi, katanya, kalau obligasi itu diterima Bank
Indonesia sebagai agunan kredit.
Setelah BTN kabarnya akan menyusul pula PT Jasa Marga,
pengelola jalan bebas-hambatan. oengan bunga yang tinggi
pemasaran obligasi ini diharapkan akan menarik. Tetapi buat
calon pembeli yang penting adalah jaminan tidak berulang lagi
sejarah obligasi yang lama.
Obligasi pembangunan Rl 1964 yang oleh pemegang disangka
sudah tak berharga, tiba-tiba melonjak dengan Pengumuman Menteri
Keuangan tanggal 5 Maret 1979 yang memutuskan melunasi sekaligus
obligasi negara yang ada. Mereka yang sempat mencium sebelum
pengurnuman itu tersiar mengambil kesempatan memborong obligasi
dari mereka yang terlena.
"Masyarakat pembeli jangan sampai dirugikan lagi," Nyonya
Sundari mengharap. Pegawai perusahaan negara ini soalnya
tersambar rezekinya dalam kasus obligasi pembangunan Rl 1964,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini