Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAKSASA telepon, itulah sebutan buat PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Bertahun-tahun perusahaan milik pemerintah ini merajai bisnis telekomunikasi di Tanah Air. Asetnya Rp 100 triliun. Kapitalisasi sahamnya menembus Rp 150 triliunan, terbesar keempat di Bursa Efek Indonesia. Telkom penguasa pasar telepon tetap. Anak usahanya, PT Telkomsel, juga raja di bisnis telepon seluler, dengan pangsa pasar sekitar 42 persen. Pelanggannya mencapai 95 juta nomor.
Meskipun besar, Telkom sering disindir jago kandang. ”Sebetulnya tak seperti itu karena pasar di dalam negeri masih besar. Kami konsentrasi ke dalam negeri dulu,” ujar Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah kepada Tempo di Jakarta dua pekan silam.
Sekarang, kata Rinaldi, Telkom harus mencari pasar baru di luar negeri karena pasar telepon tetap (fixed line) di dalam negeri sudah sempit. Setiap tahun pertumbuhan rata-rata minus 8 persen. Pasar telepon seluler juga mulai sesak. Secara nasional, jumlah pelanggan seluler telah mendekati 220 juta nomor—jumlah penduduk Indonesia sekarang 240 juta. ”Penetrasinya sudah hampir 95 persen,” ujarnya.
Telkom memang telah melakukan diversifikasi ke Internet, multimedia, dan edutainment (televisi berbayar) yang potensi tumbuhnya masih sangat besar. Tapi, kata Rinaldi, ekspansi ke luar negeri perlu dipertimbangkan. Dua tahun lalu Telkom berhasil membeli 30 persen saham Scicom, perusahaan jasa solusi outsourcing. Tahun lalu Telkom berniat mengakuisisi perusahaan telekomunikasi di Iran, tapi batal karena terganjal kondisi politis di negeri mullah itu.
Sekarang Telkom sedang membidik Telecom Cambodia, perusahaan seluler terbesar di Kamboja. Telkom bersaing dengan perusahaan dari Eropa dan Asia lainnya. Pertengahan Juli nanti pemenangnya akan diumumkan. Telkom ngebet masuk ke Negeri Campa karena penetrasi seluler di negeri berpenduduk 14 juta orang itu masih rendah, sekitar 50 persen. ”Pasar data dan Internetnya juga masih prospektif,” ujar Rinaldi.
Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Irnanda Laksanawan mengatakan Kementerian belum mendapat laporan resmi dari Telkom mengenai rencana akuisisi Telecom Cambodia. ”Selama aksi korporasi itu bisa memberikan manfaat bagi pemegang saham dan perusahaan, kami mendukungnya,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.
PI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo