Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kilang Warisan Ibnu Sutowo

11 April 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANTOR PT Pertamina di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, sibuk luar biasa, Sabtu dinihari dua pekan lalu. Di Cilacap, Jawa Tengah, api sedang menjilat garang tangki 31 T-02 kilang minyak perusahaan itu.

Kilang Cilacap sangat penting karena fungsinya sebagai pemasok utama bahan bakar minyak dan gas untuk Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat. Jika pengiriman terlambat sedikit saja, industri, transportasi, dan kegiatan rumah tangga di daerah ini bisa lumpuh.

Ahad pekan lalu, Pertamina langsung mengapalkan 400 ribu barel Premium dari Jakarta ke tiga provinsi tadi. Peran Cilacap juga diambil alih sementara oleh kilang Balongan. Kilang di Indramayu, Jawa Barat, ini memasok kebutuhan elpiji untuk Jawa Tengah bagian barat.

Pasokan elpiji untuk Jawa Tengah bagian timur dikucurkan dari terminal elpiji di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. ”Dengan demikian semuanya berjalan normal,” kata Manajer Media PT Pertamina Wianda Pusponegoro.

Menurut Ari Soemarno, mantan Direktur Utama Pertamina, dibandingkan dengan lima kilang Pertamina lainnya di Dumai (Riau), Plaju (Sumatera Selatan), Balikpapan (Kalimantan Timur), Balongan (Jawa Barat), dan Kasim (Papua), kilang Cilacap paling besar. Jenis bahan bakar yang diolah paling lengkap, dengan kapasitas produksi 348 ribu barel per hari. Kilang Cilacap memasok sepertiga kebutuhan bahan bakar minyak nasional dan 60 persen bahan bakar minyak Pulau Jawa—pusat konsumsi bahan bakar minyak dan gas.

Kilang Cilacap punya 207 tangki. Ada dua jenis tangki: tangki komponen penyimpan bahan yang diolah jadi bahan bakar minyak, dan tangki produk akhir untuk menimbun bahan bakar jadi, seperti bensin, minyak tanah, solar, dan avtur. Semua produk dikirim ke terminal transit Lomanis, dekat kawasan kilang Cilacap.

Kilang I Cilacap dibangun pada 1974, ketika Pertamina dipimpin Ibnu Sutowo. Ibnu dikenal sebagai ”kasir” Presiden Soeharto. Setahun kemudian, Pertamina dirasuk krisis. Ibnu Sutowo dicopot dari jabatan direktur utama setelah 19 tahun memimpin Pertamina. Dokter dan jenderal ini dituding korupsi.

Kilang ini beroperasi sejak diresmikan Soeharto pada Agustus 1976. Ketika itu kapasitas produksinya 100 ribu barel per hari. Kilang yang dirancang memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah ini juga memproduksi bahan dasar minyak pelumas dan aspal.

Sayangnya, menurut Ari, kilang Cilacap punya kelemahan dalam desain prosesnya. Misalnya, banyak menghasilkan minyak bakar dan residu, sehingga kurang ekonomis. ”Residu dan minyak bakar harganya lebih murah daripada minyak mentah,” kata Ari.

Kilang II Cilacap mulai beroperasi pada Agustus 1983. Pengembangan kilang minyak Cilacap membuat pemerintah tak lagi berurusan dengan pelbagai kilang minyak di Singapura. Dulu, sebagian besar bahan bakar minyak dipasok dari kilang Negeri Singa. Pemerintah memperluas kilang minyak Cilacap sehingga produksinya jadi 200 ribu barel sehari.

Sunudyantoro, Retno Sulistyowati, Aris Andrianto (Cilacap)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus