Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menerobos California

Setelah pembatasan kuota di Eropa, kini garmen Indonesia mulai punya pasaran di Amerika Serikat. Beberapa pabrik pakaian jadi a.l: PT. Lea Sament. PT. Tira Garment, PT. Baliwig. (eb)

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR di setiap toko pakaian di kota-kota besar selalu dipajang celana jean dan T-shirts yang cukup beragam. Apalagi kalau tokonya ditata gaya Eropa Barat atau Hongkong--tulisan cheap sale sebesar gajah dan musik rock memekakkan telinga--biasanya ramai dikunjungi orang. "Yang dicari selalu jahitan Jakarta dan yang impor kurang laku," kata seorang manajer toko pakaian jadi tersohor di Jakarta. Dia menolak untuk disebut nama tokonya, tetapi menurut pengakuannya, tokonya kini cuma menampung pakaian jadi impor sekitar 20%. Selebihnya pakaian jadi bikinan lokal yang jauh lebih murah. "Mutu baju jadi bikinan lokal kini tidak kalah dengan jahitan luar negeri," sambungnya. Misalnya celana jean harganya berkisar Rp 10.000, kalau yang merk Levi's iahitan Hongkong bisa dua setengah kali lipat. T-shirts bervariasi antara Rp 1.500 sampai sekitar Rp 4.000. Beberapa pabrik pakaian jadi di seputar Jakarta semakin mantap baik dalam hal mutu maupun pemasarannya. Gani Sanjaya dari PT Lea Sanent misalnya, di tahun 1973 masih mengimpor jean merk Lea dari Singapura. Tahun 1979 Lea mulai dibuat di Indonesia. Tahun ini dari 40.000 potong celana jean yang dihasilkan setiap bulan, sekitar 30% dibeli orang di Jakarta. Dari kekayaan assets) sekitar Rp 60 juta, di tahun 1973 itu melonjak jadi Rp 1,1 milyar pada 1981. Mengaku memakai bahan lokal 50%. Sanjaya mengeluh tentang prosedur impor yang masih berbelit-belit. Menurut penakuannya, Lea diekspor ke AS sekitar 20% saja. Sedangkan jean merk Tira kini tidak lagi ekspor ke Eropa. "Karena merugi," kata Ir. F. Djamaludin, direktur PT Tira Garment. Rupanya salah satu produsen yang terkena pembatasan kuota dari negara MEE. Tira kini cenderung memusatkan pasarannya untuk konsumen dalam negeri saja. Mulai memproduksi sejak 1977, hasil jean-nya kini sudah sekitar 60.000 potong setiap bulan. Johnny Tandrianto, direktur pemasaran Tira mengaku pasaran terbesar mereka masih di Jakarta sekitar 20% dari produksi. Selain jean, Tira juga memproduksi aneka model T-shirts dan celana pendek. Saingan? "Untuk baju kaus, merk Join-In saingan serius kami," kata Johnny. Kaus merk Join-In--yang baru 2 tahun lalu mendapat lisensi label dari Hongkong -- memang cukup santer mempromosikan hasil produksinya. Konon produksinya kini mencapai 40.000 baju kaus setiap bulan. Si Perancang Italia "T-shirts bukan produksi utama kami, " kata Daniel Oei, direktur PT Baliwig yang memproduksikan jean merk Raphael. "T-shirts dan kemeja kami buat sedikit saja, sekedar pelengkap." Produksi utamanya memang celana jean. Oei yang menggantikan Djamal Wibisono, adiknya yang meninggal Agustus lalu, meneruskan usaha pengembangan Baliwig. Produksi jean mereka kini sudah mencapai 150.000 potong/bulan. "Dan 70% dari jumlah itu kami ekspor." Selain pameran di Hotel Borobudur akhir Oktober lalu, Baliwig juga memakai pendisain asing asal Florence, Italia, Armando Gedhini. Si Italia itulah yang merancang model-model jean dan pakaian anak muda sekarang dengan nama Californian. Menolak untuk menyebutkan berapa besar kekayaan perusahaannya, Baliwig kini menampung 1.800 tenaga kerja. Pasaran utamanya AS dengan kantor tetapnya di California, Baliwig bekerjasama dengan perusahaan garmen Bell Mart Industries di AS. Merk-merk seperti Gloria van der Bilt, Givenchy atau Paradise ternyata adalah jahitan Baliwig tanpa lupa mencantumkan label made in Indonesia, Bisnis celana jean rupanya mendapat angin lumayan. Salah seorang pengurus PIBTI (Persatuan Industri Barangjadi Tekstil Indonesia mengkhayal "Kalau saja 10% orang Indonesia membeli jean satu potong dalam setahunnya, Indonesia memerlukan 15 juta celana jean. "Dan kami tidak bisa memenuhi jumlah tersebut lewat seluruh mesin-mesin kami." Ia tak menjelaskan apakah organisasi tekstil itu berminat untuk membuat sensus celana jean di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus