Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BOS MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, seperti tancap gas menjelang Pemilihan Umum 2014. Bersama calon presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Jenderal Purnawirawan Wiranto, dia kerap tampil di beberapa media miliknya. Hary sendiri telah didapuk menjadi calon wakil presiden dari Hanura.
Stasiun televisi berpenghasilan jumbo kepunyaannya, RCTI, menggelar Kuis Kebangsaan Win-HT, yang muncul dua kali sehari pada pukul 10.00 dan 17.00. Kuis jawab pertanyaan via telepon itu dimulai dengan kata sandi yang sama dengan slogan pasangan Wiranto-Hary Tanoe (Win-HT): bersih, peduli, tegas. Banyak hadiah disiapkan, dari uang tunai, peralatan rumah tangga, sampai barang elektronik.
Hary bahkan menggandakan frekuensi tayang. "Mulai hari ini, tayangan Kuis Kebangsaan Win-HT ditingkatkan menjadi empat kali sehari," kata Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura itu, medio bulan ini. "Tentunya ini kami harapkan dapat meningkatkan simpati." Grup MNC tak hanya menguasai RCTI. Sejumlah media lain ada di bawah kendalinya: MNC TV, Global TV, radio Sindo FM, harian Seputar Indonesia, Okezone.com, majalah Trust, serta tabloid Genie dan Mom & Kiddy.
Acara televisi untuk mengerek pamor pemilik tak hanya ditayangkan RCTI. TV One, stasiun televisi di bawah PT Visi Media Asia Tbk milik keluarga Bakrie, menggeber sayembara desain avatar dan poster ARB. Lomba berhadiah total Rp 120 juta itu digelar selama 12 bulan sejak Juni lalu. Pemenangnya diumumkan tiap bulan di acara Apa Kabar Indonesia, Kabar Petang, dan Kabar Malam TV One.
Desain para juara bakal dipasang dalam kampanye calon presiden Aburizal Bakrie, yang juga Ketua Umum Partai Golkar. "Mereka harus menampilkan karyanya di Facebook. Pemenang dinilai dari berapa banyak 'like' yang dikumpulkan," ucap Ketua Yayasan ARB Nia Ramadhani dalam Apa Kabar Indonesia, Mei lalu. Nia adalah istri Anindra Ardiansyah Bakrie, putra Aburizal.
Sekretaris Perusahaan MNC Group Arya M. Sinulingga membantah jika bosnya dinilai memanfaatkan frekuensi milik publik untuk tujuan politik. "Ini iklan. Masak, kami menolak iklan?" katanya Rabu pekan lalu. Namun ia tak mau menyebutkan berapa nilai iklan kuis itu.
Wakil Pemimpin Redaksi TV One Totok Suryanto dan Sekretaris Perusahaan Viva Group Neil Ricardo Tobing juga menampik anggapan bahwa sayembara ARB bermuatan politis. Mereka menganggap itu bukan iklan pemilu karena tak ada visi-misi dan ajakan untuk memilih calon atau partai tertentu. Juru bicara TV One, Raldy Doi, memastikan sayembara ARB adalah proyek kerja sama dengan TV One sehingga tak berbayar. "Kami bantu promosi on air, mereka promosikan kami di acara off air." Tapi Raldy menggeleng ketika ditanya apa saja acara off air Yayasan ARB.
Komisi Penyiaran Indonesia sudah menerima pengaduan soal Kuis Kebangsaan Win-HT dan lomba ARB. "Kegiatan ini bagian dari kelihaian aktor politik menyiasati regulasi," ujar Wakil Ketua KPI Idy Muzayyad. "Ini tak baik bagi demokrasi." KPI segera menggelar rapat untuk meneliti isi pemberitaan dan materi iklan mengacu pada Undang-Undang Pemilu dan Undang-Undang Penyiaran.
Sebelumnya, MNC pernah disorot karena iklan Partai Nasional Demokrat (NasDem) saat Hary masih menjadi pentolannya. Selama Oktober-November 2012, KPI mencatat RCTI menayangkan 127 kali, MNC TV 112 kali, dan Global TV 111 kali iklan Partai NasDem.
Menurut Ketua Pemantau Regulasi dan Regulator Media Amir Effendi Siregar, penyalahgunaan domain publik oleh lembaga penyiaran bisa berujung pada sanksi hukum. Jika diakui sebuah acara yang dicurigai itu membayar iklan, KPI mesti meminta bukti nilai iklan yang dibayarkan dan berapa pajak yang harus diterima negara. "Kalau melanggar, KPI kasih tindakan," katanya.
Adapun Wakil Ketua Komisi Politik Dewan Perwakilan Rakyat Khatibul Umam Wiranu menilai Win-HT dan Aburizal telah melakukan kampanye terselubung menggunakan ranah publik. Tindakan itu akan memprovokasi calon lain untuk melakukan permainan serupa. "Mana mungkin pemilik membayar untuk tampil di medianya sendiri?" ujarnya.
Jobpie Sugiharto, Amandra Mustika Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo