Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mengenal Hari Darmawan, Pendiri Matahari yang Tewas di Ciliwung

Pendiri Matahari Departemen Store ditemukan tewas di Sungai Ciliwung.

10 Maret 2018 | 16.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hari Darmawan, Founder of Matahari Department Store. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Matahari Departemen Store, Hari Darmawan, ditemukan tewas di Sungai Ciliwung, di Desa Jogjogan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu pagi, 10 Maret 2018. Ia diduga jatuh ke dalam sungai pada Jumat malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dirangkum dari berbagai sumber, Hari Darmawan adalah pendiri Matahari Departemen Store yang kini bernama PT Matahari Putra Prima. Namun kini kepemilikan Matahari beralih ke tangan Lippo Group.

Dirangkum dari berbagai sumber, perjalanan bisnis Hari, 77 tahun, sudah dimulai sejak kecil. Saat berusia lima tahun, ia sudah melihat usaha yang dijalani oleh keluarganya bangkrut. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di tanah kelahirannya, Makassar, Hari kemudian merantau ke Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria kelahiran 27 Mei 1940 ini pun bertemu dengan jodohnya, Anna Janti, yang merupakan putri dari pemilik toko serba ada di Pasar Baru, Jakarta. Hari kemudian menikahi Anna saat berusia 18 tahun. Mereka pun dikaruniai tiga orang anak, yaitu Susiawati, Herman, dan Susan Darmawan.

Bisnis Hari diawali saat ia membeli toko milik mertuanya seharga Rp 1 juta dengan cara dicicil. Toko yang menjual baju impor dan buatan istrinya tersebut dinamai Mickey Mouse dengan brand MM Fashion. Kemudian pada 1968, Hari berhasil membeli toko yang menjadi saingan beratnya, dan memberi nama Matahari yang kemudian berkembang menjadi Matahari Department Store pada 1990-an.

Pada 1996, saat sedang berada di puncak popularitasnya, Hari menjual Matahari Department Store ke bos Lippo Group, James Riady. Ia pun menjadi Presiden Direktur Matahari Department Store hingga 2001.

Banyak spekulasi yang beredar ihwal penjualan tersebut, dari Hari yang terlilit utang dengan Lippo Group sampai strategi James Riyadi karena perkembangan Matahari membuat bisnis retail Amerika yang ia bawa ke Indonesia, Wal-Mart, merugi.

Ketika diwawancarai majalah Tempo pada 2004, Hari mengaku tidak menyesal atas keputusannya itu. Mantan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan kerusuhan 1998 merupakan pertanda baginya untuk menjual perusahannya itu.

Saat ini, jenazah pendiri Matahari itu disemayamkan di rumah duka yang berada di daerah Batu Tulis, Bogor. Pihak keluarga berencana membawa jenazah Hari ke Bali untuk dikremasi sesuai dengan permintaannya semasa hidup.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus