Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menghitung rugi

Dc-10 yang dilarang terbang oleh faa, kini dioperasikan kembali, kecuali di as dan beberapa negara lain. peraturan faa telah menimbulkan kerugian pihak asuransi. gia juga mengejar pemasukan. (eb)

30 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUGAS perusahaan McDonnell Douglas sekarang adalah untuk sesegera mungkin menerbangkan DC-10 lagi. Segera setelah perintah pendaratan armada DC-10 dikeluarkan FAA, John Briendine, Dir-Ut Douglas Aircraft Corp. menjelaskan kepada 20.000 karyawan perusahaannya: "Perusahaan kami tak akan berhenti membangun pesawat terbang terbaik di dunia." Douglas Aircraft, yang pada 1967 bergabung dengan McDonnell, adalah pembuat pesawat komersial. Sedang DC-10 (Douglas Commercial) merupakan pertaruhannya untuk keluar dari kesulitan finansial yang melanda perusahaan itu sebelum merger. Prospeknya baik. Hampir 400 DC-10, yang merupakan titik impas (break-even). Gumpalan Kepentingan Pesanan pun kemudian mengalir, termasuk dari Angkatan Udara AS. Namun kini banyak calon pemesan mulai ragu. Alitalia, yang sekarang mengusahakan 8 DC-10, membatalkan pesanannya sebanyak 6 buah. Itu kata Umberto Nordio, direktur Alitalia di Roma pekan lalu. Nordio juga mengeritik keputusan pemerintah AS sebagai "tergesa-gesa dan dangkal." Menurut Nordio selama dilarang terbang Alitalia mengalami kerugian sampai $ 5 juta. Tapi dukungan datang dari karyawan Douglas. Kamar Dagang di Long Beach, pusat perakitan pesawat Douglas, menyatakan kepercayaannya kepada perusahaan itu. Serikat buruh yang tahun lalu mogok 61 hari, kini sangat membantu. "Kita yakin DC-10 itu akan bertahan terhadap segala serangan," kata Gail Powell, salah seorang ketua Serikat Buruh di Long Beach. Perusahaan McDonnell Douglas yang mempekerjakan lebih 20.000 orang oleh kamar dagang dinilai menyebabkan pertumbuhan kota Long Beach dalam dasawarsa terakhir. Memberi pekerjaan terbesar di kota itu, pembayaran gaji setiap minggu berjumlah $ 10 juta. DC-10 yang celaka dekt Chicago bulan lalu adalah yang ke-22 yang lepas dari pabrik di Long Beach dan diserahkan kepada pembelinya dalam tahun 1972 pesawat jenis DC-10 dirancang pada 1970 dalam suatu kompetisi dengan Lockheed Aircraft untuk memenangkan order dari American Airlines. Investasi proyek DC-10 oleh McDonnell Douglas mencapai $ 1 milyar. Ke 210.000 bagian, 1.750.000 pengikat dan 50 mil kawat listrik dirakit di Long Beach, California. Berbagai bagian pesawat itu dibuat di seluruh dunia: sayapnya di Kanada, sekat untuk badannya di Italia, dan bagian lain di Jepang dan Australia. Namun rakitan penyangga mesin tetap di Long Beach. Wolfgang Demish, seorang pengacara di New York mengatakan: "Tanpa sertifikat layak terbang pesawat itu hanya segumpalan besar logam. Kalau sempat dilarang terbang beberapa minggu atau bahkan berbulan, langganan perusahaan itu cenderung membeli di tempat lain." Sementara perusahaan penerbangn di Amerika dalam sehari mengalami kerugian sebesar $ 65 juta, menurut sebuah perkiraan. Mereka yang juga berkepentingan supaya DC-10 secepatnya terbang lagi adalah para bankir dan perusahaan asuransi yang menginvestasikan sejumlah $ 2 milyar selama 10 tahun ini. Tekanan kepada perusahaan penerbangan untuk membayar bunga hutang tetap berlaku. Bagi perusahaan kecil ini berat, lebih lagi kalau perusahaan itu tidak disubsidi pemerintahnya. Perusahaan asuransilah yang pada akhirnya akan memikul seluruh kerugian yang ditimbulkan oleh peraturan FAA ini. Beberapa ahli memperkirakan jumlahnya akan sampai beberapa ratus juta dollar. $ 122 ribu Sehari Penerbangan Garuda 20 Juni lalu mengadakan ferryflight sebagai percobaan untuk menerbangkan DC-10 mereka. Penerbangan itu berhasil baik Aan sekembalinya di lapangan udara Halim Perdanakusumah sore hari, disimpulkan tidak ada kelainan apapun pada pesawat Garuda DC-10 'Irian Jaya'. Kontan Dir-Ut Garuda Wiweko -- yang sejak pagi kelihatan berwajah tegang -- meledak gembira "Apa yang harus ditakutkan? Nyatanya tidak apa-apa kan?" Tiga hari kemudian, Sabtu lalu, GIA yang sudah hampir 3 minggu memarkir keempat DC-10-nya, kembali terbang ke Amsterdam dan Sydney. Tercatat 270 penumpang ke jurusan Eropa, 24 di antaranya termasuk VIP. Ikut pula rombongan Bina Vokalia sebanyak 195 orang di bawah pimpinan Pranajaya. Mereka untuk menyertai Festival Paduan Suara Sedunia yang berlangsung di Amsterdam. Sekretaris Garuda, Lumenta, petang itu menerangkan, selama 2 minggu lebih seharusnya ada pemasukan sekitar $ 4,4 juta. Artinya, 10 kali penerbangan 200 orang p.p. ke Eropa, 8 kali ke Australia dan 15 kali ke Hongkong, batal semua. Dan sekitar 13.200 orang tak bisa diangkut Garuda selama ini. Untuk mengejar ini, menurut Lumenta, Garuda harus terbang 188 kali dengan muatan rata-rata 270 penumpang. Sekretaris itu juga menerangkan, Garuda mungkin akan ikut mengklaim FAA bila ternyata alasan melarang DC-10 terbang tidak terbukti. Menurut Lumenta, memang perlu dilakukan perbandingan antara pemasukan kotor dan DOC, yakni biaya-biaya operasi yang langsung meliputi bahan bakar, asuransi, hidangan, gaji pegawai, pajak, pemeliharaan dsb. "Sampai sekarang pemasukan selalu di atas DOC," katanya tanpa menyebut angka pasti. Pemasukan kotor tiap DC-10 dalam setahun harus melebihi harga belinya sebesar $ 40 juta. Jadi, dalam sehari tiap DC-10 harus menghasilkan $ 122 ribu. Menurut Lumenta, "selama ini target itu tercapai." Entah nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus