KARET memang suka melar-mengkerut. Ini juga dialami pabrik sarung karet. Beberapa waktu lalu, industri sarung karet untuk ekspor pernah melar. Tapi belakangan, beberapa pabrik mulai mengkerut, alias berjatuhan. Salah satu adalah pabrik sarung tangan karet di Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kini mesin pabrik milik PT Indoraya Everlatex yang diresmikan 1989 itu beIum juga berputar. Padahal, seharusnya pabrik sarung tangan yang tak jauh dari Kota Banjarmasin itu mulai berproduksi penuh bulan Mei lalu. Menurut rencana semula, seperti dilaporkan ke BKPM, pabrik itu dibangun dengan investasi Rp 38 milyar. Pembangunan pabrik sampai pertengahan tahun ini sudah 98% selesai. Harga mesin sekitar Rp 13 milyar. Namun, sampai sekarang, belum pernah terdengar suara mesin atau terlihat buruh yang keluar-masuk pabrik. Sebab mandeknya pabrik itu belum jelas benar. Kebetulan, Direktur Utama PT Indoraya, Djohansah Ramli, belum sempat memberikan penjelasan karena sedang menunaikan ibadah haji. Namun, beberapa pihak memperkirakan, pabrik itu menghadapi masalah kekurangan tenaga ahli dan penyediaan bahan baku. Karet yang tersedia, konon, mutunya sangat rendah dan kurang layak untuk dibuat sarung karet ekspor. Menurut rencana, sarung karet produksinya akan dijual ke Amerika dan Eropa. Menurut Soemarsono, Ketua BKPMD Kalimantan Selatan, pabrik itu belum tergolong macet total. "Perhitungan perusahaan itu yang agak meleset," katanya. Misalnya soal permintaan sarung karet dari Amerika dan Eropa. Semula permintaan meledak dan belakangan dikabarkan anjlok drastis. "Kalau bakal rugi, untuk apa produksi?" ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini