Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menguak pasar AS

Produk industri pesawat terbang (IPTN) cn-235 mendapatkan sertifikat laik udara FAA. pesanan dari pasaran internasional sudah mencapai 199 buah. Indonesia bersaing dengan spanyol merebut pasaran di AS.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAKANGAN ini senyum B.J. Habibie semakin lebar saja. Maklum, selembar sertifikat penting telah berada dalam genggamannya sejak Rabu pekan lalu. Itulah sertifikat laik udara FAA, yang membuat NC-235 buatan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) boleh dipasarkan di Amerika Serikat. Ini baru peluang besar. Bukankah AS pasar pesawat terbang terbesar di dunia? Tiap tahun, lebih dari US$ 200 milyar artinya lebih dari sepuluh kali lipat APBN Indonesia -- dibelanjakan untuk membeli pesawat udara. Sebelum ini, cuma Spanyol yang dapat memasarkan CN-235 ke sana. Ini dimungkinkan karena CASA Spanyol -- partner IPTN dalam membuat NC-235 -- sudah mengantungi sertifikat FAA sejak Desember 1986. Pasalnya, negara ini sudah mempunyai perjanjian kelaikan udara (Bilateral Airworthiness Agreement atau BAA) dengan AS, sedangkan Indonesia belum. Padahal, FAA hanya mau mengeluarkan sertifikat laik udaranya ke negara yang telah mempunyai BAA. Untuk mendapat BAA, bukan perkara mudah. Sebab, ini berarti AS mengakui bahwa standar keselamatan udara di negara pemegang BAA sesuai dengan yang berlaku di AS. Walhasil, Departemen Perhubungan RI harus menyempurnakan aparatnya dulu. "Soal peralatan bisa kita penuhi segera, namun pendidikan orang, itu memerlukan waktu," kata Habibie. Diperkirakannya BAA baru akan didapat dua atau tiga tahun lagi. IPTN tak sabar menunggu. Maka, setelah mencari-cari kiat lain, akhirnya AS dapat mengeluarkan sertifikat laik udara terbatas (limited FAA certificate). Caranya? Dengan mengaitkan perjanjian tiga negara antara AS, Spanyol, dan Indonesia. "Terus terang, perjanjian seperti ini jarang terjadi," kata Direktur FAA Thomas M. Messier. Perjanjian ini tak lepas dari mutu NC-235 itu sendiri. Menurut Duta Resar Spanyol, D. Jose Antonio Acebal Y. Monfort, "Produk IPTN mendapat penilaian cukup baik di pasar internasional." Dan ini terbukti dari pesanan pihak luar, yang sudah mencapai 199 buah NC-235. Kini, Indonesia boleh bersaing dengan Spanyol di pasar AS. Soalnya, kata Habibie, AS sedang melirik kemungkinan membeli satu skuadron pesawat angkut sekelas NC-235. "Yang saya khawatir malah akan lebih banyak pesanan dari kemampuan produksi kita," tutur Dirut IPTN itu.Bambang Harymurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum