Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Rote Ndao - Kegiatan menanam diiringi meminum kopi bukanlah hal asing di negeri ini. Namun usai menanam mangrove lalu menikmati kopi hasil olahan mangrove, baru luar biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, ada minuman campuran kopi dari mangrove yang nikmat. Kopi Dale Esa (Satu hati) merupakan seduhan biji mangrove yang dicampur kopi arabika asal Flores.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kopi mangrove ini di antaranya diolah dan dipasarkan oleh mama-mama Kelompok masyarakat (Pokmas) Dale Esa, Kecamatan Landu Leko. Ibu-ibu Daiama ini membuat kopi mangrove sejak tahun 2022 lalu.
"Kopi mangrove kami kelola sejak Juni 2022 dengan bahan baku buah mangrove dan kopi arabika Flores," kata aketua kelompok Dale Esa, mama Novika Tupu kepada Tempo, Senin, 19 Juni 2023.
Mama-mama yang kesehariannya menenun itu mengaku memperoleh pengetahuan seputar kopi mangrove dari Dinas Kelautan dan Perikanan Rote Ndao melalui Program The Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2) di Indonesia hasil kerjasama KKP dan UNDP.
“Ada sekitar 13 ribu tanaman mangrove yang ditanam warga Landu Leko di pesisir pantai itu," ujar mama Novika.
Untuk membuat kopi mangrove Dale Esa, kata Novika, dibutuhkan biji buah buah mangrove dan biji kopi arabika Flores. “Untuk membuat kopi mangrove, kami biasa menggunakan buah mangrove yang di-mix dengan kopi arabika Flores,” ujarnya.
Awalnya buah mangrove yang dipotong ukuran kecil, kemudian direndam menggunakan air dan arang. Setiap 6 jam, air yang direndam harus diganti hingga 3 hari lamanya.
Setelah itu, buah mangrove yang dipotong itu dijemur hingga kering. Hal itu butuh waktu sekitar 2 hari. Selanjutnya biji mangrove itu digoreng lalu dicampur kopi biji arabika Flores dan dihaluskan menjadi kopi yang siap saji.
Selanjutnya: "Dicampur kopi arabika, sekitar setengah gelas ..."
"Dicampur kopi arabika, sekitar setengah gelas untuk menambah cita rasa kopi mangrove Dale Esa," katanya.
Namun sayangnya kopi mangrove Dale Esa belum diproduksi secara masal oleh ibu-ibu Daiama untuk dijual, karena belum mengantongi izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sehingga hasilnya belum dijual hanya untuk konsumsi sendiri.
"Sementara masih untuk konsumsi sendiri, karena masih menunggu ijin untuk di jual bebas," katanya.
Salah satu warga Inggris, Chris bersama tim Atsea yang mengunjungi tempat itu sempat menyeruput kopi mangrove buatan mama-mama Daiama. “Saya memang penggemar kopi, makanya penasaran ingin nyeruput kopi mangrove. Asyik juga rasanya,” tuturnya.
Kopi mangrove yang diseruput Chris dibuat tanpa menggunakan gula. Adapun khasiat dari kopi mangrove ini diklaim bisa untuk meningkatkan fitalitas.
Ketua kelompok pengawasan Mulut Seribu, Stef Mesah mengaku pihaknya telah menanam sebanyak 13 ribu pohon mangrove disepanjang bibir pantai Landu Lendo. Selain untuk mengantisipasi terjadi abarasi juga menyiapkan bahan baku biji mangrove untuk pembuatan kopi.
"Selain mencegah abrasi, kegunaan lain, salah satunya jadi rumah ikan. Ada juga gunakan buahnya untuk kopi mangrove," katanya.
Selain kopi mangrove, mama-mama Daiama juga membuat minuman sirup dari buah mangrove. Pokmas Dale Esa diinisiasi dan merupakan salah satu kelompok binaan KKP dan UNDP melalui program ATSEA-2 di Indonesia.
Pilihan Editor: Cocok untuk Millenial, Bisnis Kopi Cukup Bermodal Rp 17 Juta