Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Penyedia jasa pariwisata di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, akan kembali memanfaatkan perhelatan balap internasional untuk menarik wisatawan domestik dan asing. Sirkuit Pertamina Mandalika International, yang sempat populer berkat seri MotoGP pada Maret lalu, akan dipakai untuk World Superbike (WSBK) Indonesian Round pada 11-13 November 2022. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) NTB, Sahlan M. Saleh, mengatakan forumnya mulai mempromosikan paket gabungan alias bundling tiket balapan dengan layanan wisata lainnya.
“Pengunjungnya tak akan sebanyak MotoGP, tapi kami tetap menggencarkan penjualan,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Sejak 31 Agustus 2022 hingga 30 hari setelahnya, Mandalika Grand Prix Association (MGPA)—pengelola Sirkuit Mandalika—mulai menjajakan tiket WSBK dengan lima kategori. Tiket presale untuk balapan pada hari pertama dijual dengan rentang harga Rp 74.750-373.750. Sementara itu, harga pada hari keduanya adalah Rp 149.500-747.500. Entitas yang tergabung dalam PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC)—pengembang kawasan wisata pelat merah—juga menawarkan tiket gratis untuk aktivitas pra-balapan pada 11 November 2022 bagi penonton yang memborong tiket semua kategori.
Menurut Sahlan, jumlah tiket yang bisa dijual ala bundling oleh 68 anggota Astindo NTB masih dirundingkan dengan MGPA. Yang pasti, para agen pelesir ini sedang melebarkan penawaran di sejumlah jalur penjualan, baik daring maupun konvensional. “Sekaligus tes pasar selama satu atau dua pekan ke depan agar paham paket jenis mana yang paling diminati.”
Balapan WSBK Indonesia Round ini merupakan yang kedua setelah perhelatan pertama diadakan pada tahun lalu. Saat itu, Sahlan meneruskan, dengung promosi WSBK sangat kencang sebagai karpet merah menuju MotoGP Seri Mandalika. Meski animonya berbeda, dia optimistis bisa menjaring wisatawan peminat olahraga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Harga paket bundling kami rata-rata separuh lebih murah dibanding harga paket saat MotoGP. Pasti ada peminat,” tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pebalap mencoba trek di Pertamina Mandalika International Street Circuit di KEK Mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 18 November 2021. ANTARA/Ahmad Subaidi
Saking besarnya peminat MotoGP dulu, paket bundling yang umumnya terdiri atas tiket balapan, akomodasi, layanan transportasi, dan kuliner itu ludes terjual. Saat itu, kata Sahlan, agen wisata Mandalika masih bisa mematok harga termurah Rp 3,8 juta, sedangkan yang termahal menyundul Rp 35 juta. Dia mengklaim harga tawaran dari agen akan jauh lebih terjangkau.
Wakil Ketua Umum Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), Budijanto Ardiansyah, berharap dampak WSBK bisa dinikmati bersama oleh pengelola balapan dan agen wisata lokal. Menurut dia, banyak biro wisata lokal yang tak kebagian pasar saat MotoGP berlangsung. “Masih ada monopoli pengelolaan pengunjung, tapi dimaklumi karena baru event pertama,” katanya. “Jangan sampai terjadi lagi.”
Direktur Utama ITDC, Ari Respati, menyebutkan magnet wisata olahraga di Mandalika akan menimbulkan dampak ganda, dari perputaran uang, penyerapan tenaga kerja, hingga menjadi ajang promosi global bagi Indonesia dan NTB. Menurut dia, arus pengunjung akan memantik bisnis penyewaan jasa transportasi, akomodasi, serta usaha menengah lokal. “Tidak hanya untuk menonton langsung WSBK di sirkuit kami, tapi juga untuk menikmati keindahan alam The Mandalika dan spot-spot pariwisata terbaik,” ujar Ari.
Tur ke KEK Mandalika
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah NTB, Ari Garmono, mengatakan lembaganya merancang kegiatan sampingan untuk periode WSBK nanti. Berbagai atraksi lokal dan paket tur wisata di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika menjadi daya tarik agar tamu mau menginap lebih lama di Lombok dan Sumbawa. ‘Kami ingin mendatangkan penonton dari luar daerah, bukan hanya yang lokal,” ucap dia, kemarin.
Ketua Mandalika Hotel Association (MHA), Samsul Bachri, menilai balapan WSBK kedua di Mandalika itu masih minim promosi. “Sudah ada rilis harga tiket, tapi sebenarnya kami semua belum tahu seberapa besar target kunjungan yang diincar pengelola.”
Walau begitu, sudah ada pangsa pasar yang terjamin akan memakai jasa 65 pengelola hotel bintang 2-5 yang tergabung dalam asosiasi tersebut. Para pembalap, kru, panitia, dan sponsor balapan, ucap Samsul, dipastikan menginap di fasilitas anggota MHA yang tersebar di sekitar sirkuit.
“Kami yang ada di ring-1 kawasan sirkuit optimistis dapat tamu,” ucapnya. Saat ini terdapat potensi 2.500 kamar hotel di sekitar Mandalika, belum terhitung dengan homestay dan penginapan nonbintang. “Kalau digabung semua, ada potensi lebih dari 5.000 kamar di Lombok Tengah.”
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Chusmeru, mengatakan butuh promosi ekstra dari MGPA dan agen wisata lokal untuk menarik pengunjung. Selain berbeda gengsi, menurut dia, pangsa penonton WSBK secara global jauh lebih sempit dibanding MotoGP. Pelaku wisata pun disarankan menjual paket dengan harga rasional.
“Tingkat ekonomi penonton MotoGP lebih luas karena kalangan menengah ke atas pun datang dan menyanggupi harganya,” kata Chusmeru. “Harus lebih jeli melihat pasar Superbike. Lingkupnya pun mungkin hanya sekitar Asia.”
SUPRIYANTHO KHAFID (MATARAM) | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo