Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menonton Korea di Ruang Keluarga

9 Januari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah perjuangan hidup Jang Geum dalam Jewel in the Palace hanya satu dari sejumlah serial Korea yang mengalir di televisi Indonesia. Stasiun televisi ANTV, misalnya, menayangkan Let’s Go to School, SCTV memutar First Love. Stasiun pendatang baru pun, seperti Global TV dan Jak TV, tidak ketinggalan menyajikan drama seri Korea. Bahkan ada beberapa judul yang diputar ulang, seperti My Sassy Girl di Indosiar, selain Jewel tadi.

Jika dihitung-hitung, jumlah sinetron Korea yang tampil di berbagai saluran televisi kita memang lebih banyak ketimbang sinetron yang berasal dari negara Asia lainnya. Wajah-wajah tampan dan cantik bintang Korea juga mulai menggantikan dominasi empat sekawan dari Taiwan, F4, yang pernah berjaya melalui Meteor Garden I dan II.

Para remaja di sini, terutama perempuan, sudah akrab betul dengan wajah bintang Korea seperti Won Bin, si tampan pemeran Friend dan Endless Love atau Rain yang dinilai menggemaskan dalam Full House, serta Bae Yong-jun dengan wajah melankolisnya dalam Winter Sonata dan Hotelier.

Menurut Manajer Hubungan Masyarakat Indosiar Gufron Sakaril, tayangan sinetron Korea sebenarnya hanya imbas serial Asia sebelumnya. Di masa awal Indosiar mengudara, stasiun ini sudah menyajikan seri Jepang, Tokyo Love Story. Karena seri tersebut mendapat sambutan cukup baik, kemudian disusul yang lain seperti Summer Love, Beautiful Life, Love Generation—sekarang diputar ulang. Baru setelah itu muncul seri Taiwan yang ditandai dengan kesuksesan Meteor Garden.

Mengapa kini lebih banyak hadir film-film Korea? Alasannya sederhana. Menurut Gufron, harga serial Korea lebih murah ketimbang film Jepang, Taiwan, atau Amerika dan Eropa. ”Nominalnya rahasia. Tapi dibanding Amerika, harga film serial dari Korea ini lebih murah lima persen,” kata Gufron. Untuk itulah mengapa kemudian datang serbuan itu. Judul-judul seperti Endless Love, Hotelier, Stairway to Heaven, Wonderful Life, Romance, My Love Patsy, My Sassy Girl, Lovers in Paris, dan Sad Love Song memenuhi jam tayang berbagai stasiun televisi.

Bukan hanya soal harga murah. Film serial Korea agaknya juga cepat mendapat sambutan yang luar biasa dari para penggemar di Tanah Air. Buktinya, bermunculan milis-milis khusus dan forum diskusi di internet yang memperbincangkan film-film serial produksi Negeri Gingseng. ”Mungkin karena ada kedekatan budaya,” kata Gufron seperti menebak-nebak. Misalnya, ada penggambaran ikatan keluarga yang masih erat atau hubungan anak dan orang tua—tradisi yang masih hidup di sekitar kita.

Bukan Indonesia saja yang dilanda demam drama seri Korea—juga produk budaya pop lainnya seperti film, penyanyi, dan games internet—melainkan juga negara-negara lain di Asia dan Amerika Serikat. Majalah Time edisi Asia beberapa waktu lalu menulis laporan panjang tentang Korean Wave—gelombang Korea—dengan memasang Jang Dong-gun, pemeran dalam film Taegukgi dan The Promise sebagai gambar sampul. Taegukgi yang bercerita tentang dua saudara yang terlibat perang Korea, selain mendapatkan beberapa penghargaan internasional, juga menjadi film yang dipuji oleh penonton Barat.

Korea tampaknya bertekad menjadi barometer film Asia. Pusan, kota pusat perfilman di Korea Selatan yang rutin menggelar Festival Film Pusan, sudah menarik perhatian dunia. Dan Korea sadar dengan gayanya sendiri, tidak sama dengan Jepang, Cina, atau Barat. ”Kami punya keterampilan mengolah emosi,” kata Yun Suk Ho, sutradara Winter Sonata. ”Kami tak ingin membuat kesalahan yang dibuat Hong Kong. Adegan penuh aksi Jackie Chen sangat bagus, tapi ini tak bisa dibagi kepada sesama warga Asia lain,” ia menambahkan.

Utami Widowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus