Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut harga komoditas cabai rawit merah sempat meroket hingga Rp 200 ribu per kilogram. Menurut dia, alur distribusi yang terhambat akibat kondisi curah hujan yang tinggi menjadi pemicu harga cabai melonjak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia meminta pihak-pihak yang terlibat untuk menjaga alur distribusi sehingga harga cabai tetap terkendali. “Kalau harga cabai, kami minta kepada teman-teman agar diperhatikan distribusinya. Kemarin tertinggi sampai Rp 200 ribu, turun menjadi Rp 100 ribu,” ucap dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, Amran Sulaiman mengklaim pemerintah berupaya keras supaya kebutuhan stok komoditas tersebut terpenuhi. “Karena memang curah hujan tinggi, distribusinya agak sulit," ujar dia. "Yang terpenting adalah pada umumnya harga pangan stabil dan stok kita lebih dari cukup."
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan sempat terkejut mendengar harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 120 ribu per kilogram di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Informasi itu ia dapat dari pedagang rempah-rempah yang dia kunjungi saat mengecek harga sembako di hari kelima bulan Ramadan 2025.
"Cabai rawit? Rp 120 ribu?" ujar pria yang akbrab disapa Zulhas itu, memastikan ulang ke pedagang di sebuah kios di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 Maret 2025. Zulhas sempat menggeleng-gelengkan kepala ketika mengetahui harga cabai rawit merah naik dua kali lipat dari harga acuan pemerintah (HAP) Rp 40 ribu hingga Rp 57 ribu per kg. "Wah ini cabai makin naik aja, ya," katanya kemudian.
Menurut Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) ini, harga cabai melonjak drastis karena ada ketidakseimbangan antara permintaan pasar dan pasokan yang tersedia. Ia memperkirakan cabai rawit menjadi primadona dalam bumbu dapur untuk mengolah masakan berbuka puasa. Namun, dengan kondisi curah hujan tinggi Zulhas menyebut pertanian cabai otomatis terdampak.
"Jadi kalau ada hujan, kayak sekarang, terus-menerus, panennya gagal," ucap Zulhas. Ia menganalisis penyebab kegagalan panen adalah karena sistem pertanian yang terbuka.
Dian Rahma Fika berkontribusi dalam penulisan artikel ini.