Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menyewa Itu Praktis

Bisnis menyewakan apartemen di Jakarta tampak menarik. Dari Hilton Residence, Ratu Plaza, Borobudur Golden Wing, Slipi Condominium hingga apartemen Senopati. Sasaran mereka orang asing.

10 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANGAN dalamnya seolah mendapat sentuhan kelas atas masa kini. Tenun ikat menyelimuti kursi-kursi tenunan Lampung menghiasi dinding. Dan bila kita melangkah ke luar, ke balkon, akan tampak hijaunya lingkungan Senayan. Rumah milik seorang milyuner? Bukan. Ini sebuah apartemen yang bisa disewa tentu saja bila Anda seorang milyuner. Ruang itu, di apartemen megah Hilton Residence (HR), di kawasan Hotel Hilton Jakarta, disewakan per unitnya (dengan luas masing-masing 150 m2 dan 260 m2) US$ 3.900 sampai US$ 6.000 per bulan. Memang mahal. "Indonesia jangan dijual dengan harga murah," kata Ponco Sutowo, Presiden Direktur PT Indobuild co, perusahaan yang menegakkan bangunan 30 lantai itu, yang diresmikan 23 September yang lalu. Untuk itu, Ponco, 37 tahun, menanam modal tak kurang dari US$ 35 juta. Ini kredit dari BDN, dengan bunga 18 sampai 24%. Ia optimistis, dalam waktu sembilan tahun investasinya sudah kembali. Ia tampaknya punya dasar. Akhir pekan lalu, ketika ditemui TEMPO di kantornya, Ponco menuturkan, sepertiga dari 132 apartemennya sudah dipesan orang. Mereka sebagian besar adalah orang asing dengan jabatan minimal manajer sebuah perusahaan multinasional. "Sasaran utama karni memang mereka," kata Ponco. Harapannya cukup beralasan. Menurut data BPS, di Jakarta ini ada sekitar 10 ribu KK asing. Namun, di samping si asing, juga perusahaan lokal, terutama yang selama ini memelihara rumah instansi, jadi incaran HR. Ada alasannya. Mengontrak rumah, dengan masa sewa biasanya dibatasi minimun satu atau dua tahun -- seperti yang selama ini ditempuh para tenaga asing di kawasan Menteng, Kebayoran Baru, dan Kemang telah menjadi tak praktis. Apartemen lebih memikat: tak direcoki urusan RT, perkara sampah, sampai keamanan. Dengan masa sewa bisa minimal enam bulan, apartemen merupakan alternatif yang menarik. Contohnya, Apartemen Ratu Plaza, salah satu perintis apartemen mewah di Jakarta hampir selalu terisi. Bahkan Borobudur Golden Wing (bagian dari Hotel Borobudur), menurut salah seorang stafnya, "Tingkat pengisiannya kini mencapai 90%". Ia mengatakan, sudah antre orang untuk menyewa unit yang punya double bedroom (kamar tidur ganda), yang jumlahnya hanya 26 dari 140 suite. Gejala itu sudah lama diamati oleh Prof. Ismail Suny, bekas rektor Universitas Muhammadiyah, yang pernah memiliki 30-an unit rumah untuk disewakan, dan kini lebih suka mengelola Slipi Condominium (SC). Harga sewa rumah kini cenderung turun, katanya menjelaskan. Untuk rumah ukuran 300 m2 paling banter US$ 1.500, dan penyewa sudah tidak lagi berani membayar di muka untuk lima tahun, seperti dulu. Maka atas hasil penelitian pasar yang dilakukan Jones Lang Wooten 1985, guru besar Hukum Tata Negara ini berhasil mengajak mitra dari Jepang, Kumagai Gumi, membuka lahan penyewaan apartemen di Slipi -- tak seberapa jauh dari Hilton. Terdiri dari 12 lantai, di atas tanah 4.500 m2, SC menyediakan 46 unit. Dibangun dengan investasi US$ 5,5 juta, kompleks apartemen yang mulai beroperasi Agustus lalu ini menawarkan harga sewa sebesar US$ 1.400 sampai US$ 1.675 per bulan, ditambah US$ 400 untuk ongkos pelayanan. "Saya tak mau menerima para penyewa yang hanya dua atau tiga bulan saja," kata Suny tegas. Kelompok begini bisa menginap di hotel tentunya. "Yang saya cari adalah penyewa dengan masa pakai minimal dua tahun dan bayar di muka." Akhir pekan lalu, melalui telepon ia menuturkan, penghuninya sudah ada empat keluarga. Di luar HR dan SC, masih ada Apartemen Senopati, yang dibangun dengan investasi lebih dari US$ 4 juta, di sudutJalan Senopati. Berbentuk segi delapan, tegak, setinggi 13 lantai, Senopati memungut uang sewa per bulan US$ 1.350, plus US$ 400 untuk pelayanan. Rupanya, semua pemilik sepakat: mahal itu indah. Mohamad Cholid, Linda Djalil, dan Bachtiar Abdullah (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus