Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Cynthia dan krisisnya

Pengarang: aryanti jakarta: gaya favorit, 1978 resensi oleh: sapadi djoko damono. (bk)

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELEMBUT BUNGA Karya: Aryanti Penerbit: Gaya Favorit Press, 1978 Tebal: 144 halaman ADA kecenderungan kuat dalam perkembangan penulisan novel modern menggunakan gaya akuan, untuk mengurus dunia bawah sadar manusia seteliti-telitinya. Dalam novel semacam itu, si aku yang menjadi pencerita adalah tokoh utama yang secara tajam menatap dirinya sendiri dan sekaligus mencoba menganalisanya. Tokoh rekaan yang demikian, jelas tidak diberi peluang cukup banyak untuk melihat ke luar dirinya baginya kenyataan berpusat dalam gejolak kehidupan batinnya. Dalam novel-novel yang rendah mutunya, gaya akuan serupa itu cenderung menghasilkan sentimentalitas. Si aku, yang dalam banyak hal mencerminkan pengarang, tidak memiliki daya kritik yang tinggi untuk menganalisa diri sendiri. Gaya demikian memerlukan penguasaan teknik penulisan yang kuat, suatu hal yang hanya dimiliki oleh beberapa novelis yang baik. Si pencerita yang sekaligus menjadi tokoh utama itu, harus mampu memandang dirinya sendiri sebagai subyek secara obyektif. Pengumpul Informasi Selembut Bunga tidak mempergunakan gaya akuan semacam itu. Si aku, atau "saya", dalam novel ini tidak diciptakan pengarang untuk mengorek dirinya sendiri. Pencerita itu hanyalah seorang pelapor yang menceritakan tentang sederet peristiwa yang menimpa beberapa tokoh rekaan lain. Barangkali kata "hanyalah" tidak tepat, sebab si aku ini sangat penting fungsinya dalam struktur keseluruhan novel ini. Ia mendengar, melihat, dan kemudian melaporkan peristiwa demi peristiwa di luar dirinya-- tanpa ada usaha untuk melibatkan diri di dalamnya secara emosional. Ia bersikap seolah-olah yang terjadi itu adalah tontonan yang menarik untuk diikuti, tidak menegangkan, dan merupakan bahan pergunjingan ringan. Si aku tidak berusaha menampilkan dirinya sebagai norma terhadap tokoh utama dan peristiwa dalam novel ini. Ia adalah pengumpul informasi. Alur utama novel ini menyangkut sepasang tokoh suami istri, Lewis dan Cynthia. Suami itu adalah seorang peneliti Australia, yan sedang bertugas mengadakan penelitian di Jawa Tengah. Cerita tentang mereka itu sangat\ringkas. Dalam mengerjakan penelitiannya, Lewis dibantu seorang asisten, Harni, yang cakap dan cakep. Hubungan antara peneliti dan asistennya membuahkan hasil sampingan yang sama sekali tidak diharapkan Cynthia, Elarni dihamili Lewis. Krisis rumah tangga terjadi, tentu saja. Dan kemudian juga menjalar ke keluarga Harni, "gadis" Jawa itu. Akhirnya: Harni berketetapan untuk tinggal di sebuah kota kecil, mengurus bisnis peternakan. Cynthia memutuskan untuk mengambil anak tirinya, dalam usahanya untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga Lewis sepakat saja. Jelas bahwa fokus tertuju pada Cynthia dan krisisnya. Dalam novel yang ditulis pengarang wanita ini sosok lakilaki memang agak kabur. Lewis, yang sekilas tampak sebagai salah seorang tokoh utama, ternyata adalah tokoh bawahan yang segi-seginya sebagai manusia sedikit saja terungkapkan. Sebaliknya tokoh Harni, yang hanya beberapa kali muncul -- dan kebanyakan hana dalam gosip di antara ibu-ibu --memiliki sosok yang lebih tegas Ini menunjukkan arah perhatian pengarang. Konsep penokohan yang secara tegas membedakan antara tokoh utama dan tokoh bawahan tidak jarang menimbulkan kesulitan. Dalam hal Selembut Bunga, si aku yang melaporkan peristiwa, yang secara teoritis adalah tokoh bawahan, dari segi teknis penulisan sangat menentukan mutu novel ini. Si aku telah diciptakan sebagai wanita yang memiliki watak khas, yakni rasa ingin tahu. Watak inilah sebenarnya yang menjadi "penyebab" peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam dunia rekaan ini. Si aku adalah tipe ibu-ibu dari golongan menengah yang gemar melakukan berbagai kegiatan sosial--yang berguna maupun yang tidak. Laporan Dingin Yang pantas dicatat dari novel ini, adalah bahwa si aku tidak terbawa oleh emosinya. Ia tidak hanya bersikap kritis terhadap sasaran rasa ingin tahunya, yakni krisis Lewis-Cynthia-Harni, tetapi juga terhadap sumber informasinya. Dengan demikian novel ini adalah semacam laporan yang disampaikan secara "dingin". Dan ternyata cara ini telah berhasil menghindarkannya dari sentimentalitas, suatu cacat yang merusak sebagian besar novel yang ditulis di sini. Pembebasan dari sentimentalitas ini antara lain dicapai dengan bahasa yang tidak metaforis, namun berhasil menumbuhkan serangkaian citra yang membantu unsur-unsur penting. Kelemahan penggunaan bahasa metaforik tampak pada judul dan bagian penutup Selembut Bunga. Penutup yang menjelaskan bahwa cinta Cynthia yang "selembut bunga" itu "tidak jadi terinjak-injak atau dibuang" dan bahwa cintanya lebih menyerupai "gunung api" yang "meledak-meledak tetapi sanggup dan bersedia kembali memikul segalagalanya," memang memberi kesan sentimental. Penggunaan perbandingan serupa itu merupakan perkecualian dalam novel ini, dan sekaligus juga membuhtikan bahwa bahasa metaforis memerlukan penggarapan tersendiri. Secara keseluruhan, novel Aryanti ini menunjukkan sesuatu yang unik dalam gaya penceritaannya. Gaya itu telah menampilkan rasa ingin tahu wanita, watak yang hampir sepenuhnya berfungsi sebagai tokoh, yang menjadi sumber dan sekaligus pengikat latar, peristiwa, dan tokoh-tokoh lain. Gaya yang "dingin" itu ternyata dapat menjadi sumber juga bagi pandangan kita terhadap cinta suami istri, masalah universal itu yang kali ini menimpa orang asing. Sapardi Djoko Damono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus